Manado – Jika di daerah lain umat Muslim Syiah di kejar-kejar dan mendapatkan tindakan diskriminasi seperti yang terjadi di Sampang Madura beberapa waktu yang lalu, maka tidak demikian dengan kehidupan umat Muslim Syiah di Sulawesi Utara khususnya di kota Manado. Kehidupan penganut mazhab Syiah di kota ini jauh lebih bebas dan lebih aman beraktifitas. Tidaklah heran jika perkembangan mazhab ini sangat cepat di tanah Toar Lumimuut.
Bahkan di Sulawesi Utara telah terbentuk dua organisasi Syiah terbesar di Indonesia, yakni Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dan Ahlul Bait Indonesia (ABI). Taher Mongay, ketua IJABI kota Manado menjelaskan bahwa Syiah di kota Manado hidup rukun bersama umat muslim lainnya dan tidak seperti yang terjadi di luar daerah ini.
“Kami hidup rukun dan tak ada konflik berarti, kami memang sedikit terpengaruh dengan apa yang di alami oleh saudara-saudara kami di Sampang dan daerah lain tetapi alhamdulillah kami bisa hidup rukun di sini,” jelas Wakil ketua KNPI kota Manado ini.
Salah satu ustad yang bermashab Sunni, Ustad Taufik Adam menjelaskan bahwa provokasi yang di lakukan oleh pihak-pihak yang ingin memecag belah umat Islam dengan menggunakan isu Sunni dan Syiah tidak berpengaruh di Sualwesi Utara. Dirinya menjelaskan kerukunan antara umat beragama sudah sangat kuat sehingga segala sesuatu dapat di selesaikan dengan dialog.
“Disini tidak bisa di samakan dengan jawa atau daerah lain, masyarakat Sulawesi Utara tidak gampang di provikasi apalagi dengan isu Sunni dan Syiah. Semua umat Muslim satu dan tidak ada berbeda satu dengan yang lain,” tutur ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) kecamatan Singkil tersebut. (jfm)