Manado – Berbagai strategi dilakukan pemerintah Kota Manado bersama pihak Kepolisian guna mengurai kemacetan di Kota Manado. Perubahan jalur dan pemasangan marka jalan pun terus diupayakan agar kemacetan di Manado dapat teratasi.
Meskipun begitu, salah satu terobosan pemerintah yakni trans kawanua pun dinilai kurang berhasil. Dan banyak pihak menilai, program trans kawanua tersebut gagal total. Buktinya, masyarakat belum menjadikan trans kawanua sebagai alat transportasi unggulan, bahkan halte pemberhentian bus trans kawanua pun terbengkalai.
“Kami menilai program ini dilaksanakan tanpa perencanaan matang. Selain mendapatkan penolakan sopir-sopir mikro, sosialisasi yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat masih kurang, bahkan tidak berhasil,” tutur Gerry Lapian, karyawan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengkreditan kendaraan bermotor.
Lain halnya yang dituturkan Agnes Moningka, salah satu mahasiswi Unsrat. Menurutnya, jika program yang dilakukan gagal, dapat dikatakan program itu tidak dipersiapkan secara matang. Dan dampak yang terjadi hanyalah pemborosan anggaran.
“Program ini sebenarnya sangat positif dan jika penerapannya diatur dengan baik, masyarakat sangat diringankan biaya trasportasi. Hanya saja, saya nilai pemerintah tidak memikirkan dari segi praktisnya. Padahal program ini pastinya menghabiskan anggaran sangat besar. Kalau mau dilihat, masyarakat Manado butuh yang praktis-prakti. Ketika ingin berpergian, menggunakan angkutan yang ada setiap saat. Kalau trans kawanua, harus menunggu beberapa puluh menit baru busnya tiba. Makanya warga kurang menggunakan trans kawanua,” tutur Agnes. (leriandokambey)