Kawangkoan, BeritaManado.com — Mengejutkan dan nyaris tidak percaya, beberapa simbol peninggalan misionaris Netherland Zendeling Genootschap (NZG) berusia ratusan tahun ditemukan di Jemaat GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan, Sabtu (30/5/2020).
Dengan seijin Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Pdt. Christian Luwuk MTh, wartawan BeritaManado.com ditemani beberapa anggota jemaat melakukan penelusuran sejarah melalui penelitian singkat dokumen baptisan.
Setelah kurang lebih 5 jam melakukan pemisahan dokumen baptisan berdasarkan tahun pelayanan para misionaris mula-mula, akhirnya didapatkan beberapa simbol resmi dari para Pendeta zaman itu berupa tanda tangan, stempel cap dan tanda khusus seperti hologram (zaman sekarang).
Tanda tangan yang ditemukan yaitu milik Pendeta Johann Gottlieb Schwarz (1831-1859), Abraham Obez Schaafsma (1860-1870), M. Brouwer (1870-1886, 1910-1911), JAT. Schwarz (1886-1903), Dr. S. Schoch (1903-1907), GF. Schroder (1915-1923).
Tidak hanya itu, dokumen yang ditemukan juga yaitu daftar nama Sidi Jemaat dan Buku Nikah, serta beberapa lembar yang diduga merpakan catatan atau surat dari para misionaris tersebut yang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
“Saya mewakili pimpinan dan seluruh Jemaat GMIM Sion Sentrum Kawangkoan sangat berterima kasih atas inisiatif untuk menelusuri jejak sejarah para misionaris mula-mula. Ini langkah awal yang baik untuk sebuah rencana besar kedepan, meski belum tahu seperti apa. Saya yakin Roh Kudus yang menggerakkan sehingga upaya ini boleh dirintis hari ini,” ucap Pdt. Christian Luwuk.
Ditambahkannya, bahwa jemaat masih punya waktu yang cukup untuk menelusuri sejarah perkembangan gereja dan untuk rencana sekitar 16 tahun kedepan menuju 200 tahun HUT Jemaat GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan tentu akan ada banyak hal yang dibuat, salah satunya mendokumentasikan sejarah melalui karya ilmiah atau buku.
“Mudah-mudahan rencana ini akan berjalan sesuai harapan bersama. Meski ada mata rantai yang putus, namun sejarah masa lalu tetaplah harus dicatat dan didokumentasikan untuk sarana pekabaran Injil dan iman anak cucu kita nanti. Dengan demikian generasi gereja di masa depan tidak akan melupakan sejarah itu sendiri,” ujarnya.
(Frangki Wullur)