Manado, BeritaManado.com — Pengamat Ekonomi di Sulut, Dr Frederik Gerard Worang menganggap wajar kemarahan Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan pada Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, Jumat pekan lalu.
Sorotan Joko Widodo terhadap tiga kementerian, oleh Frederik Worang dinilai sebagai hal lumrah jika melihat kondisi ekonomi kekinian.
Gerdy, sapaan akrab Frederik Worang, memang mengamati kecenderungan belanja barang luar negeri ketimbang memaksimalkan buatan negara sendiri.
Padahal, kata Gerdy, kekuatan ekonomi suatu negara bergantung dari tingkat belanja lokal.
Menurut Gerdy, fenomena belanja masyarakat menggunakan platform digital disebut menjadi salah satu pemicunya.
Di era 4.0, lanjut dia, pilihan ‘unicorn’ yang menawarkan berbagai barang mudah diperoleh melalui gadged.
“Dan produk dari penjualan online ini kebanyakan berasal dari luar negeri. Itu salah satu masalahnya. Dan diprediksi, penjualan digital bakal terus meningkat setiap tahun,” bebernya.
Sayangnya, lanjut Gerdy, belanja barang luar negeri tidak hanya dilakukan masyarakat, melainkan menjadi hobi pemerintah.
Di level eksekutif tersebut, kata dia, disinyalir mencapai miliaran.
Gerdy sependapat dengan Jokowi yang ‘menyemprot’ tiga kementerian yakni Pertanian, Kesehatan dan Pendidikan.
Sebab di Indonesia ada industri yang mampu memproduksi bahan baku dan kualitasnya tidak kalah dari barang impor.
Dikatakan, memang kendala produksi di Indonesia adalah persoalan keterbatasan, sementara perusahaan luar siap dan lebih cepat membuat produk dengan jumlah besar.
“Di sinilah gerakan diperlukan. Misalnya Kementerian Pendidikan memerlukan kursi dan meja, bisa gandeng pengrajin lokal. Kumpulkan beberapa UMKM di sektor ini dan tawarkan proyek tersebut. Jangan hanya mau gampang pesan di luar,” tegas Gerdy.
Ia menegaskan, kebiasaan kementerian di Indonesia yang terkesan ingin mudah dan cepat harus diubah, tidak sekadar memenuhi target realisasi anggaran semata.
“Perhatikan juga usaha kecil kita. Jangan cuma belanja-belanja di luar. Praktik itu menghabiskan devisa negara,” kritiknya.
Gerdy turut menyarankan Kementerian UMKM dan Koperasi serta Kementerian Perdagangan lebih konsen mencari pasar, tidak melulu menggelar pameran.
Ekosistem dalam berbisnis, tambah dia, harus lebih dimaksimalkan dan punya posisi tawar dalam aksi di lapangan.
“Jangan hanya membeli, tapi wajib ada timbal balik. Negara luar juga mesti membeli produk Indonesia,” tandasnya.
(Alfrits Semen)