Manado, BeritaManado.com — Tidak bisa dipungkiri, Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) menjadikan peradaban dunia menjadi dua kondisi.
Kondisi sebelum Pandemi dan sesudah Pandemi. Terima atau tidak, tatanan baru dalam protokol kesehatan menjadi hal mutlak.
Lantas, hal ini pasti menggeser banyak hal termasuk dalam tatanan kebudayaan.
Menyikapi itu, salah satu pegiat sosial budaya, Sandra Rondonuwu, melihat bahwa di situasi new normal ini ada peluang untuk kembali memantapkan lagi penghargaan budaya termasuk kearifan lokal yang bergeser selama ini.
“Di era new normal, kearifan lokal seperti mapalus yang seirama dengan semangat gotong-royong harus menjadi etos budaya yang terutama bagi masyarakat,” tegas Sandra Rondonuwu.
Sebab, lanjut Rondonuwu, di Sulut secara umum dapat dikembangkan semangat mapalus yang selama ini mulai hilang. Konsepsi mapalus menurut Rondonuwu penting digalakan agar manusia bisa survive menghadapi pandemic ini.
“Modal sosial kita adalah semangat mapalus. Mapalus di sini dalam pemahaman universal yang tentu bisa dimaknai secara luas. Di mana dengan saling bermapalus kita bisa mengatasi berbagai hal termasuk masalah ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan,” ujar Rondonuwu.
Tentu, menurutnya lagi, perlu digali lagi etos-etos mapalus yang selama ini mulai hilang dan ditinggalkan karena pengaruh globalisasi yang membuat orang makin individualistik.
“Sehingga bila mapalus ini kembali digalakan maka diharapkan kepedulian sosial akan mendorong pada semangat persatuan pada akhirnya bisa membereskan urusan keadilan sosial yang selama ini menjadi keprihatinan,” tutup legislator yang dikenal vokal dan tegas di DPRD Sulut ini.
(***/AnggawiryaMega)