Manado, BeritaManado.com – Kasus kekerasan terhadap anak tidak mengenal waktu walaupun di tengah pandemi Covid-19.
Meski begitu, terjadi penurunan kasus kekerasan dan malah memunculkan masalah lain.
Hal ini diungkap Duta Perlindungan Anak Nasional, Irma Angriani Gloria Angkouw beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan penerapan Work From Home (WFH) cukup membatasi pergerakan mereka guna memantau berbagai tindakan kekerasan pada anak-anak.
“Tapi kami tidak diam saja. Dengan berbagai cara dilakukan, termasuk memantau melalui media sosial, kemudian melakukan edukasi sesuai kebutuhan anak,” katanya melalui pesan WhatsApp (WA).
Akibat pandemi Covid-19 ini, ada hal yang positif dan bermakna negatif yang muncul.
“Hal yang baik adalah pandemi mengurangi angka kekerasan terhadap anak. Yang tidak baik terkait kebutuhan anak yang tidak stabil. Akibat perekonomian, beberapa keluarga sangat menurun pendapatannya. Itu berpengaruh untuk masa pertumbuhan anak,” tutur relawan di Komunitas Dinding Manado ini.
Koordinator Wilayah Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Sulut ini menambahkan, saat ini sudah banyak anak-anak yang terlantar dalam segi kebutuhan akibat keterbatasan keluarga untuk memenuhinya sehari-hari di tengah pandemi.
“Harusnya pemerintah selalu memperhatikan anak-anak,” kata dia.
Untuk meringankan beban keluarga yang memiliki anak kecil, Irma bersama timnya menyalurkan bantuan seperti sembako.
“Jika ada laporan terkait kasus kekerasan maupun kebutuhan dari anak-anak, kami akan tetap turun lapangan,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai perawat.
Indonesia berada pada peringkat satu kasus pada anak se-Asia. Irma pun mengimbau pada orang tua yang memiliki bayi, segera berikan imunisasi sesuai usianya. Jangan sampai terlambat. Perhatikan kesehatan anak di rumah, dengan memberikan asupan makanan yang bergisi sesuai kebutuhan gizi anak.
“Sangat penting lagi, hindari anak kita dari tempat keramaian. Berlakukan pola hidup sehat di dalam rumah. Jika akan memeriksa kesehatan anak, jangan membawa ke puskesmas, klinik atau rumah sakit yang pernah menangani kasus Covid-19,” pungkasnya sembari berharap pemerintah mengutamakan anak dan lansia, tanpa mengesampingkan orang dewasa lainnya.
(Penulis: Meikel Pontolondo)