Bitung – Kendati setiap tahunnya di Kota Bitung proses adat Tulude masih digelar, namun kelangsungan salah satu warisan leluhur masyarakat Nusa Utara atau kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro dianggap terancam punah. Pasalnya, menurut Ketua Rukun Kulur, Gustaf Lonongbuka generasi muda Nusa Utara yang ada di Kota Bitung tidak lagi tertarik dengan acara tahunan tersebut.
“Generasi muda Nusa Utara di Kota Bitung tak paham dengan makna perayaan upacara adat Tulude, mereka kini mulai meninggalkan adat yang selama ini coba kita pertahankan turun-temurun,” kata Lonongbuka, Sabtu (1/2/2014) ketika tampil membawakan sambutan dalam acara Tulude yang digelar Rukun Kulur di Kelurahan Tandurusa Kecamatan Aertembaga.
Salah satu contoh kata Lonongbuka, bahasa yang diucapkan dalam prosesi adat Tulude banyak yang tak dipahami generasi muda. Padahal menurutnya, bahasa yang digunakan dalam prosesi adat Tulude adalah budaya yang harusnya tidak hilang dari generasi ke generasi agar makna dan budaya Tulude tetap lestari.
“Kebanyakan hanya tahu bahasa tinutuan atau campur-campur dan tak lagi paham dengan bahasa daerah yang sesungguhnya,” katanya.
Apa yang dikatakan Lonongbuka dibenarkan Anggota DPRD Kota Bitung, Superman Boy Gumolung yang meprakarsai acara adat Tulude Rukun Kulur dengan tujuan pelestarian budaya. Menurutnya, di Kota Bitung ada organisasi yang mengatasnamakan warga Nusa Utara namun sayang tak mengakomodir pelestarian budaya.
“Nah kedepannya saya berharap, upcara adat yang dulunya dianggap sakral ini bisa tetap bisa dipertahankan. Tidak hanya sebatas acara seremonial tapi benar-benar dipahami maknanya yang tak lain bersyukur kepada Tuhan atas perlindungannya,” kata Gumolung.
Sementara itu, acara adat Tulude yang digelar Rukun Kulur ini juga dihadiri Camat Aertembaga, Sifri Mandak, tokoh agama dan masyarakat serta masyarakat Kelurahan Tandurusa. Dalam acara ini secara bergantian masyarakat menaikkan puji-pujian baik dalam bahasa daerah maupun bahasa Indonesia sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.
Upacara adat Tulude merupakan hajatan tahunan warisan leluhur masyarakat Nusa Utara. Tradisi ini telah terpatri dalam khasanah adat, tradisi dan budaya masyarakat Nusa Utara. Tulude pada hakekatnya adalah kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi atau Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat-berkatNya kepada umat manusia selama setahun yang lalu.(abinenobm)