oleh Zenith Anaada
Kita mendirikan pondasi Demokrasi diatas reruntuhan bangunan Rezim Orde Baru, Reformasi hanya berhasil menjatuhkan presiden Soeharto dari tampuk kekuasaannya yang selama 32 tahun memerintah Indonesia dengan Basic Powernya adalah TNI-AD, Tirani, otoritarian, Kediktatoran adalah gambaran umum Rezim saat itu.
Reformasi berhasil menumbangkan dan melengserkan Presiden Soeharto, tetapi tidak diikuti dengan menumbangkan bangunan sistem yang dibangun oleh Soeharto sehingga peninggalan Soeharto masih tetap lestari. Akibatnya, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme masih merajalela, dan menjadi momok yang menakutkan, penyakit akut yang sampai sekarang sulit diberantas, perusak moralitas bangsa.
Tirani, Otoritarian, Kediktatoran pasca Orba terbungkus Manis dalam kain putih demokrasi, terlihat putih mengkilap tak ada cacat sedikitpun, namun dibalik keindahan demokrasi terselubung para pelaku dengan perilaku politik yang Tak beretika, yang tidak mengedepankan asas Demokrasi. Partai Politik yang menjadi pondasi Demokrasi malah menjadi sarang para Korupsi, menjadi tempat bagi yang ingin kaya tanpa berusaha keras.
14 tahun pasca Orde Baru, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tetap saja menjadi nomor satu di negara ini. pemberitaan media tidak lepas dari pemberitaan sebuah cerita panjang penuh Konspirasi politik para Elit, hampir dari seluruh lembaran cerita berisikan fakta yang sengaja diabstrakan, mulai dari kasus BI, dana Talangan Bank Century, Mafia Perpajakan, sampai pada kasus Wisma Atlet yang sekarang lagi top dibicarakan sejumlah media, dan masyarakat luas, dimana membawa nama-nama para petinggi Parpol yang sekarang ini banyak mendominasi Kursi Diparlemen. Mulai dari istilah, bos besar, bos kecil, dan bahkan sampai apel malang pun menjadi perbincangan hangat.
Ini kah yang namanya Reformasi !
Sekali lagi Reformasi gagal, Demokrasi stagnan.
Pemerintah mengatakan bahwa kita negara paling demokrasi, ketiga setelah India dan Amerika Serikat. Apakah dengan terlaksananya pesta demokrasi lima tahunan bisa dikatakan demokrasi? Demokrasi Tidak hanya bisa dilihat dari pesta demokrasi (PEMILU), liberalisasi Politik, tapi demokrasi adalah bagaimana Rakyat Mendapat tempat yang sama Dalam HUKUM, Rakyat memperoleh legitimasi dalam mengekspresikan diri. Supremasi Hukum tak ada taringnya lagi, keberpihakan hukum terhadap yang berduit jelas terasa. Kapitalisasi Pendidikan, perampasan Hak menjadi cermin kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hukum lemah karena Hakim penurut, Wakil rakyatpun orgasme dengan para top Eksekutif inikah demokrasi? Legislatif dan Eksekutif duduk didalam pelaminan dan diSaksikan Yudikatif sebagai saksi, Legislatif dan Eksekutif Melahirkan Regulasi untuk memperkaya diri dan Hakim yang menjadi saksi mendapat imbalan dari palu yang diketuknya. Rakyat hanya menjadi penonton opera, pentas sandiwara para Tuan-tuan Besar, menjadi budak dari penindasan, menjadi korban dari kebijakan. Rakyat dimiskinkan dengan harga BBM sementara Pemerintah hanya memikirkan mengaturnya dalam rancangan UU melihat sisi keuntungan dari kepentingan.
Reformasi gagal mewujudkan Demokrasi!
Revolusi perlu dicoba untuk mewujudkan Demokrasi.