
Manado — Papua adalah bagian dari kebhinekaan yang harus dijaga dan dirawat nilai luhur budayanya.
Nilai itulah yang menyatukan wilayah-wilayah di bumi nusantara dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal tersebut menjadi dasar bagi Jaringan Aktivis Mahasiswa Sulut bersama Ikatan Alumni Unsrat dan Manado Cyber Community dalam melaksanakan jumpa pers terkait ratusan mahasiswa asal Papua yang pulang kampung, berkaitan dengan pergolakan yang sedang terjadi.
Jumpa pers yang digelar pada Sabtu (7/9/2019) di RM Rica Tampurung ini dilaksanakan untuk menghimbau masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan situasi dan informasi yang belum tentu kebenarannya dan terutama berusaha menjangkau para mahasiswa khususnya asal Papua agar mau kembali ke kampus dan menjalani masa perkuliahan seperti biasa.
“Kami berharap mahasiswa mahasiswi yang adalah Putra Putri Papua, saudara-saudara kami dari Papua untuk tetap mengikuti proses perkuliahan yang sedang berlangsung.
Kami semua berharap kita dapat hidup berdampingan, rukun dan damai sebagai satu kesatuan di NKRI seperti yang sudah terjalin sejak lama dan tetap bisa berkuliah serta berprestasi dan berkarya bersama karena torang cinta Indonesia dan torang juga sayang Papua,” ujar Ketua Jaringan Aktivis Mahasiswa Sulut, Risat Sanger.
Kota Manado adalah kota yang toleran dan cinta damai. Itu sebabnya kota Manado tidak terpengaruh dengan kejadian-kejadian diluar sana yang sedang berusaha memecah-belah persatuan bangsa, bahkan untuk mahasiswa asal Papua sampai dikatakan mendapat izin dari pihak kampus untuk pulang kampung.
“Makanya kita pun mau teman-teman, adik-adik kita yang dari Papua ini juga tidak termakan provokasi dan dapat kembali ke kampus. Jangan mau termakan hoax. Buat adik-adik mahasiswa jangan percaya dengan informasi kalau adik-adik yang pulang itu dapat ijin dari kampus,” kata Risat.
Sementara itu, Jhon Lengkong selaku akademisi yang juga dosen di FISIP UNSRAT menjelaskan, tidak ada namanya satu negara menjajah bagian dari negaranya sendiri.
Meski terdapat berbagai berbagai perbedaan dalam banyak hal termasuk belum meratanya pembangunan dan lainnya, tapi tidak boleh lupa, masing-masing daerah dengan alokasi yang didasarkan pada startegi pembangunan secara berkala dilakukan semacam strategi pemerataan.
“Pada pemerintahan Presiden SBY dan Jokowi terutama sangat terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya, alokasi pembangunan Papua maupun Papua Barat pembangunannya mulai merata. Itu merupakan tanggungjawab daerah untuk membangun daerah-daerah,” kata Jhon.
Hal itu disebutnya merupakan bukti kalau Papua adalah bagian dari Indonesia yang tentunya diperhitungkan.
Terkait dengan pergerakan para mahasiswa asal Papua pulang kampung yang disebut Risat sudah berkisar di angka 721, sangat disayangkan oleh pihak kampus.
Pemuda-pemuda Papua datang di Sulut untuk menimba ilmu sehingga kata Jhon, baiknya para mahasiswa ini bisa memilah-milah mana informasi yang benar dan tidak.
Para mahasiswa pun diminta untuk sebaiknya berkonsentrasi untuk menimba ilmu karena setelah selesai kuliah akan kembali ke Papua untuk membawa Papua menjadi daerah yang lebih terbesar.
Sangat disayangkan jika hanya karena informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan lantas membuat para mahasiswa percaya karena situasi sosial dan politik di Papua berangsur angsur membaik.
“Kita tidak ingin ada yang memecah mecah persatuan Indonesia. Buat adik adik Papua, mari kembali ke kampus sebagai fokus tanggung jawab kepada orang tua atas beasiswa dan lainnya. Ketinggalan 1 semester bisa berdampak pada 1-2 tahun,” ungkap Jhon.
Senada dengan hal tersebut, Dekan Fakultas Hukum UNSRAT Flora Kalalo mengingatkan, para mahasiswa baik asal Papua, Sulut ataupun daerah lainnya harus fokus pada perkuliahan, apalagi ujian akan dilaksanakan sebentar lagi dan jelas kehadiran di setiap kelas akan turut berdampak pada nilai semester.
“Oktober ini akan ada ujian. Kalau absen terus, tentu bisa mempengaruhi nilai, bisa-bisa nanti tidak lulus ujian semester. Ini akan jadi sangat merepotkan bagi mahasiswa tentunya. Jadi diharapkan dapat mengikuti kelas dengan baik, dan mengikuti ujian,” kata Flora.
Pada jumpa pers tersebut, hadir juga Amas, aktivis mahasiswa yang juga salah satu alumni FISIP tahun 2005 yang mengatakan, sejak kuliah hubungan pertemanan mahasiswa dari daerah mana pun terutama Sulut dengan Papua terjalin dengan sangat baik bahkan punya banyak catatan positif.
“Hari ini saat ada isu untuk memprovokasi adik adik kita yang study aktif, sebagai senior kami memberikan pemahaman bahwa kita tidak harus menerima secara mentah-mentah. Kalau ada upaya untuk memblokade kuliah adik-adik kita, jangan ditanggapi. Kita mengutamakan pendidikan, amanah orangtua, juga sebagai pencerahan untuk kita,” tutup Amas.
(sri surya)