Langowan, BeritaManado.com — Ini hal unik dan mungkin baru pertama kali terjadi di Tanah Minahasa, dimana ada sepasang kekasih melakukan sesi foto prewedding dengan menggunakan kostum tarian perang khas Minahasa yaitu Kabasaran.
Mereka adalah Dunan Tumangkeng dan Claudia Trifena.
Saat dihubungi BeritaManado.com, Jumat (14/9/2018) pagi, Dunan berkenan membeberkan alasan mereka berdua menggunakan kostum Kabasaran tersebut dalam rangkaian tahapan persiapan pernikahan.
Hal pertama yang diungkapkan Dunan Tumangkeng yaitu ingin menghormati leluhur, karena di didalam dirinnya mengalir darah Tou Minahasa dan besar di daerah ini.
Selain itu, apa yang dilakukannya itu untuk merubah citra Kabasaran pada sebagian masyarakat yang mempunyai stigma negatif, bahkan ada cukup banyak orang berkata Kabasaran adalah tarian setan, karena adanya beberapa aksi debus seperti prosesi Goan Siao atau lebih dikenal dengan sebutan Toa Pe Kong (Tapikong).
Dunan Tumangkeng menuturkan bahwa sebenarnya sang pacar awalnya menyuruh dirinya menggunakan kostum atau baju adat Minahasa, karena masih terbawa kesan negatif yang ada di masyarakat, namun setelah dijelaskan, akhirnya diambil keputusan untuk menggunakan kostum Kabasaran, karena dinilai lebih populer dan dikenal dimana-mana.
Kostum Kabasaran itu sendiri dikatakan Dunan pernah meraih predikat busana terbaik pada Upacara Peringatan HUT RI di Istana Negara Jakarta tahun 2017 lalu dan viral di berbagai media massa lokal dan nasional.
“Kami berdua juga ingin mengajak orang lain agar dapat menghormati budaya daerah dan tidak melupakan leluhur, apalagi beranggapan negatif tentang budaya serta tradisi tanah kelahiran sendiri,” ungkap Dunan.
Sang fotografer Fian Londa sendiri dikisahkan Dunan pada sesi terakhir pengambilan gambar nampak tertarik dengan penampilannya bersama Claudia saat mengenakan kostum Kabasaran.
“Di sela-sela sesi foto, sang fotografer sempat melontarkan beberapa pertanyaan tentang arti dan makna kostum Kabasaran. Saya pun menjelaskannya sebagaimana yang diketahui dan juga berdasarkan pengalaman, dimana dulu sempat punya pemikiran yang negatif tentang kostum tersebut,” tutur Dunan.
Sebagaimana diketahui, Dunan dan Claudia mendapatkan pinjaman kostum Kabasaran tersebut dari seorang teman yang ada di Sonder bernama Rafael Tumewu.
“Teman kami itu sangat mencintai budaya daerah Minahasa, dimana salah satunya tertuang dalam beberapa koleksi kostum Kabasaran dan aksesoris lainnya. Menurut saya orang seperti dia pantas mndapatkan penghargaan dari pemerintah, karena di usia muda telah melakukan langkah-langkah melestarikan budaya,” tandasnya.
(Frangki Wullur)