Manado, BeritaManado.com — Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Manado per tanggal 5 Juni 2020 angka orang yang terpapar Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebanyak 262 orang.
Adapun rinciannya, kasus PDP sebanyak 76 orang, ODP 40 orang, meninggal 30 orang dan sembuh 29 orang.
Melihat data tersebut, Ketua Lembaga Geospasial Bumi Nusantara Agus Santoso Budiharso M.Sc memetakan lokasi pusat penyebaran COVID-19 dengan metode analisis spasial dengan menggunakan Model Builder yang ada di ArcGIS.
“Karena kalau hanya berdasarkan informasi data tersebut, maka orang melihat bahwa Manado kalau dari sisi perkembangan data COVID-19, bisa dipandang cukup membahayakan bagi masyarakat. Namun tempat-tempat mana yang membahayakan tersebut tidak diketahui secara persisnya,” ungkap Agus Budiharso.
Dengan analisis spasial menggunakan Model Builder yang ada di ArcGIS, lanjut Agus Budiharso, data-data yang tersebar di Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Manado dapat dipetakan dengan baik.
“Peta ini diolah dari data dengan memakai metodologi yang dipakai oleh BNPB, bahwa dimana bobot data Positiv Corona adalah sebesar 90%, bobot PDP 6% dan bobot ODP 4%. Dari data yang ada kemudian dengan raster calculation yang ada di ArcGIS dihitung dengan rumus dan akan menghasilkan nilai digital wilayah yang ada,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, dari hasi perhitungan yang ada maka di lakukan simbolisasi warna dimana warna hijau adalah nilai indeks rendah, hingga warna merah menunjukkan nilai indeks yang tinggi. (Lebih jelasnya dapat dilihat dari peta tabel)
Adapun dari tabel yang disajikan, 5 kecamatan masuk sebagai daerah zona merah yakni Kecamatan Wanea, Kecamatan Singkil, Kecamatan Paal 2, Kecamatan Wenang dan Kecamatan Tikala. Adapun 1 kecamatan yang masih belum tersentuh dan masuk dalam kelas zona hijau adalah Kecamatan Bunaken Kepualauan.
Adapun soal hasil pemetaan, Budiharso menjelaskan, pemetaan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan kualitas data sebaran dan erubahan pada sebaran (penambahan atau pengurangan) dapat merubah zonasi bahaya.
“Oleh karena itu diperlukan update berkala menyesuaikan dengan ketersediaan data kasus agar perkembangan COVID-19 di Manado mudah dipantau,” kuncinya.
(AnggawiryaMega)