BeritaManado.com — Hadirnya investasi pasca pandemi Covid-19, menjadi kunci dari pemulihan ekonomi Indonesia.
4PT PLN (Persero) sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pemasok listrik, berkomitmen untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sektor industri dan bisnis listrik, serta menyambut investasi baru.
Total ada 13 PJBTL dan MoU yang ditandatangi pada kesempatan kali ini. Sementara total daya listrik yang akan disuplai oleh PLN kepada para pelanggan tegangan tinggi mencapai 2.270 Mega Volt Ampere (MVA).
Pasok listrik ini nantinya akan disalurkan kepada PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia, PT Stargate Mineral Asia, PT Aquila Cobalt Nickel, PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT Wahana Lestari Investama, PT Sampoerna Kayu, dan PT Gebe Industry Nickel. Termasuk diantaranya produk Renewable Energy Certificate (REC) yang diserap oleh PT Sumitomo Indonesia.
“MoU ini merupakan sejarah bagi PLN, jual beli tenaga listrik yang terbesar hingga saat ini, 2.270 MVA,” kata Imam saat memberikan sambutan pada acara ‘Penandatanganan SPJBTL dan MoU Pelanggan Tegangan Tinggi’ di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Jumat (29/10) 2021.
Dia pun mengapresiasi PLN yang proaktif, menghadirkan listrik yang andal dengan harga kompetitif dan berkualitas. Terlebih mengingat PLN sebagai BUMN yang bergerak di sektor jasa penyediaan listrik membuktikan mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
“Ini kolaborasi yang sangat baik. Setiap investasi tentunya membutuhkan listrik dengan kualitas yang baik,” katanya.
“Komposisi pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi, investasi, serta ekspor dan impor. Di tengah situasi saat ini, investasi menjadi satu-satunya jalan menopang pertumbuhan,” jelas Imam.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menyampaikan, PLN berperan dalam melayani dan menyediakan pasokan listrik yang andal (reliability) , berkualitas (quality) dan harga yang kompetitif (price).
Dengan adanya acara penandatanganan PJBTL dan MoU ini, PLN berkontribusi positif dalam menyediakan pasokan listrik bagi pelanggan tegangan tinggi untuk mendukung kemajuan perekonomian bangsa.
“Teknologi smelter berbasis elektronik tentunya menjadi salah satu opsi untuk mendukung seluruh kegiatan produksi. Oleh karena itu, penandatanganan kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara PLN dengan para pelaku usaha, khususnya di sektor industri smelter yang kini menjadi primadona di Indonesia,” ujarnya.
Terlebih lagi, PLN sedang dalam kondisi surplus di sebagian besar sistem kelistrikan. Cadangan sistem kelistrikan PLN pada umumnya mencapai lebih dari 40 persen.
Tentunya, cadangan sistem ini akan semakin meningkat dengan masuknya pembangkit-pembangkit yang saat ini sedang proses konstruksi. Proyek yang merupakan bagian mega proyek 35 GW ini akan menyumbang daya mencapai 17,9 GW atau setara dengan 50 persen dari cadangan saat ini.
Tak lupa, Bob juga mengapresiasi perusahaan–perusahaan yang telah bersedia mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui produk Renewable Energy Certificate (REC).
REC adalah salah satu inovasi produk hijau PLN untuk mempermudah pelanggan dalam pembelian serta mendapatkan pengakuan dari internasional atas penggunaan energi terbarukan yang sudah ada di Indonesia.
“Saat ini telah tersedia Pembangkit dengan Energi Terbarukan PLN di seluruh Indonesia yang sudah beroperasi mencapai 7.936 MW. Ketersediaan EBT tersebut dapat diklaim sebagai energi yang digunakan untuk pemakaian listrik para pelanggan melalui produk terbaru PLN yaitu REC,” ucapnya.
Di sisi lain, Gurbernur Sulawesi Tenggara H. Ali Mazi mengapresiasi PLN yang telah mendukung pemerintah Sulawesi Tenggara selama ini.
“Tahun 2003 ketika saya pertama kali menjadi gurbernur total daya Sulawesi Tenggara hanya 5 MW, setiap hari harus bergiliran. Hari ini, setelah 10 tahun saya kembali terpilih menjadi gubernur, alhamdulillah listrik rumah tangga semua sudah terpenuhi, tidak ada lagi mati lampu,” ucap Ali.
Dia memandang acara ini sebagai bentuk komitmen PLN untuk mengurangi kesenjangan distribusi listrik di daerah. Terutama untuk sektor industri yang memiliki potensi pertambangan yang sangat besar.
(***)