

Winuri-Bertempat di Balai Pertemuan Desa, masyarakat Desa Winuri Kecamatan Likupang Timur (Liktim) menggelar pesta adat Tulude.
Tulude berasal dari kata “suhude” yang berarti “tolak” atau mendorong, hingga secara luas dapat diartikan, orang Sangihe menolak untuk terus bergantung pada hal–hal di tahun yang lampau dan siap menyongsong kehidupan yang baru di tahun yang baru.
Menariknya, pesta adat Tulude tidak hanya dirayakan masyarakat keturunan Sangihe saja, melainkan sekuruh masyarakat Desa Winuri yang memiliki latar budaya, suku dan agama yang berbeda-beda.
“Ini artinya, seluruh masyarakat Desa Winuri, menyambut tahun 2017 dengan persatuan untuk pembangunan desa yang lebih baik,” ujar Hukum Tua Winuri Shinta Kasso, didampingi suami tercinta yang juga anggota DPRD Minut Denny Sompie.
Dalam pesta adat ini, masyarakat desa menyiapkan 7 kue tamo berbentuk seperti tumpeng. Jumlah 7 buah disesuaikan dengan jumlah jaga di desa yaitu enam jaga ditambah satu kue tamo desa.
“Pemotongan pucuk Tamo merupakan simbol agar nantinya gunung Karangetang, yaitu gunung api di bawah laut yang ada di Sangihe tidak akan meletus,” ujar Denny Sompie.
Pantauan BeritaManado.com, Tulude di Winuri dimulai sekitar pukul 15.00 WITA melalui misa kudus sesuai kepercayaan umat Katolik.
Usai misa, sejumlah kelompok masyarakat menunjukan atraksi kesenian seperti tari, paduan suara dan masamper khas suku Sangihe.
Kepala Inspektur Minut Umbase Mayuntu SSos yang hadir mewakili Bupati Vonnie Anneke Panambunan menjelaskan, Tulude pada hakekatnya adalah kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-berkat dan penyertaan-Nya kepada umat manusia selama setahun yang lalu.
“Jadi Tulude bukan upacara pemujaan terhadap berhala. Dalam Tulude, masyarakat diminta meluruskan hati menyambut tahun yang baru, sehingga tahun yang akan dilalui penuh dengan berkat karena adanya persatuan. Ibu bupati berpesan, kita semua harus takut kepada Tuhan, saling menyayangi dan mengasihi,” ujar Mayuntu.
Turut hadir dalam upacara ini, Camat Likupang Timur Donny Rondonuwu, tokoh adat, tokoh masyarakat serta masyarakat desa.
Rangkaian acara kemudian ditutup dengan makan bersama sebagai tanda syukur atas berkat yang diperoleh sepanjang tahun 2016.(findamuhtar)