Jakarta, BeritaManado.com — Hingga akhir semester pertama 2020, PT Bank Sahabat Sampoerna (“Bank Sampoerna”) membukukan pertumbuhan kredit sebesar 9,5% yoy sehingga total kredit mencapai Rp 8,7 triliun dibandingkan dengan posisi satu tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,0 triliun.
Sebagaimana fokus layanan Bank Sampoerna, pinjaman ke sektor UMKM mencapai 60% dari total kredit. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Sampoerna terus berupaya memperkuat bisnis kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah kondisi pandemi COVID-19.
“Meski pertumbuhan ekonomi terhambat akibat berlangsungnya pembatasan sosial, Bank Sampoerna melihat terdapat cukup banyak kebutuhan pembiayaan. Para pengusaha UMKM terus menunjukkan kreativitasnya menciptakan peluang baru di tengah perubahan situasi ini. Karenanya, kami merasa perlu untuk terus menjalankan peran serta tanggung jawab kami membantu UKM melalui restrukturisasi pinjaman, tambahan pinjaman serta pembiayaan pinjaman baru yang selektif,” ucap Ali Rukmijah, Direktur Utama Bank Sampoerna.
Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga akhir semester pertama 2020 juga meningkat hingga mencapai Rp 9,4 triliun, atau tumbuh 7,4% dibandingkan dengan posisi per akhir semester pertama 2019 yang tercatat Rp 8,8 triliun.
Peningkatan ini ditopang terutama oleh produk giro dan tabungan yang berturut-turut meningkat sebesar 62,2% dan 21,4% Sedangkan total deposito hanya naik sebesar 1,4% sepanjang periode yang sama. Hal ini berimplikasi pada peningkatan CASA ratio menjadi 21,7%.
Pertumbuhan kredit dengan dukungan peningkatan DPK menunjukkan peran intermediasi Bank Sampoerna yang berjalan baik, dengan posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) 92,4% per akhir Juni 2020, posisi yang dinilai baik untuk menyeimbangkan kebutuhan likuiditas dan menjaga profitabilitas, serta sesuai dengan ketentuan yang ada.
Pertumbuhan kredit ini berdampak pula pada peningkatan aset Bank Sampoerna ke angka Rp11,4 triliun atau meningkat 9,2% dibandingkan akhir periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp10,5 triliun.
Laba bersih naik 22,6% atau menjadi Rp30,2 miliar pada semester I tahun 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp24,6 miliar.
Penurunan bebanoperasional selain bunga bersih sebesar 7,4% menjadi Rp259,4 miliar merupakan faktor penting dicapainya peningkatan laba bersih ini.
Berfokus pada segmen UMKM, tidak berarti Bank Sampoerna abai akan trend dan perkembangan industri keuangan.
Mengantisipasi sekaligus mengikuti perkembangan teknologi yang ada, Bank Sampoerna telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bersinggungan erat dengan teknologi, termasuk fintech companies dalam menyediakan fasilitas virtual accounts dan transfer online.
Selain itu Bank Sampoerna juga bekerja sama menjadi partner pendanaan bagi fintech peer to-peer (P2P) lending. Sepanjang semester 1 tahun 2020 ini, Bank Sampoerna memfasilitasi berbagai transaksi, termasuk untuk perusahaan fintech, dengan total volume mendekati Rp. 100 triliun, meningkat 8% dibandingkan yang terjadi pada periode yang sama tahun lalu.
“Bank Sampoerna bersyukur bisa menjadi partner digital dari perusahaan fintech. Dengan berpartner, lebih banyak masyarakat dan UMKM yang dapat kami layani,” ujar Henky Suryaputra, CFO Bank Sampoerna.
Rasio-rasio keuangan Bank Sampoerna juga menunjukan angka yang cukup baik.
Rasio kredit bermasalah bruto (Non-Performing Loan Gross /NPL Gross) menurun dari 4,5% di akhir Juni 2019 menjadi 3,9% di akhir Juni 2020.
Demikian pula rasio kredit bermasalah bersih (NPL Net) berada di level baik yaitu 2,1% (menurun dari 3,4% dari pada 1 tahun sebelumnya).
Margin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM) tercatat 6,1%. Rasio kinerja dalam menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya (ROA) juga cukup baik, di level 0,8% (semester I 2019: 0,7%). Demikian pula modal dinilai masih memadai dengan rasio kecukupan modal (CAR) pada level 17,8%.
Sementara itu, dari sisi kemanusian dan tanggung jawab sosial perusahaan, pada bulan Mei dan Juni 2020 lalu, Bank Sampoerna bersama mitra bisnisnya, KSP Sahabat Mitra Sejati mengadakan kegiatan yang bertemakan “Berbagi 10.000 Paket Sembako”.
Memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Perusahaan juga melalui penghimpunan dana dari Manajemen dan karyawan Bank, serta masyarakat umum, kegiatan ini dilaksanakan di 22 kota di seluruh Indonesia melalui kerja sama dengan kantor kepolisian dan dinas koperasi setempat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Kami cukup prihatin dengan kondisi para pelaku usaha maupun masyarakat terdampak COVID-19 ini khususnya terdampak ekonominya. Kami memandang perlu untuk bisa ikut meringankan beban yang mereka emban. Mudah-mudahan paket sembako yang kami
bagikan ini, bukan hanya membantu mereka yang secara langsung menerima bantuan, tetapi juga dapat menginspirasi lebih banyak masyarakat dan institusi untuk juga bergerak
membantu,” tandas Ali menutup pembicaraan.
(***/HardinanSangkoy)