Manado, BeritaManado.com — Pandemi Covid-19 masih melanda dunia.
Sebagian ahli ternama mengungkapkan wabah ini tidak akan pernah usai, sehingga manusia diharuskan bersahabat dengan corona.
Bayangkan, dulu semua aktivitas dilakukan langsung dengan tatap muka.
Namun berputar 360 derajat sejak Covid-19 melanda.
Aktifitas perkumpulan dan kerumunan dilarang.
Perkantoran melakukan kerja dari rumah, bisnis dan perdagangan mengandalkan dunia maya memasarkan produknya.
Fenomena ini membuat Pdt Lucky Rumopa M.Th tertantang melakukan transformasi digital di tubuh gereja, khususnya pada GMIM dengan jemaat mayoritas di tanah Minahasa, Sulawesi Utara.
Lucky Rumopa berpendapat, gereja harus mengikuti perkembangan zaman dengan pemenuhan semua aspek yang mendukung dalam pelayanan.
Di era kekinian, digitalisasi menjadi sarana terbaik bagi gereja menjalankan tugas dan fungsinya.
Kata Lucky, mempersiapkan infrastruktur teknologi modern di tubuh gereja menjadi list prioritas dewasa ini.
“Tidak boleh ketinggalan. Kita berada di revolusi industry 4.0. Gereja adalah bagian di dalamnya,” tegas Lucky.
Lucky menegaskan, gereja sebagai oganisasi besar membutuhkan data yang cepat diakses.
Selain itu, jemaat berhak diberikan transparansi terhadap manajemen dan kerja-kerja dari gereja.
Lucky yakin bisa mewujudkan itu jika mendapat restu menjadi Wakil Ketua BPMS GMIM Bidang Data Informatika dan Litbang.
Meskipun menyadari anggaran transformasi digital gereja cukup fantastis, Lucky yakin semua bisa terlaksana dengan mengandalkan Tuhan dan kapasitas yang ia miliki.
“Memang memerlukan dana besar, kita perlu mempersiapkan kader-kader dengan SDM mumpuni. Belum lagi perangkat elektronik terbaik. Tetapi yakin, Tuhan pasti bukan jalan,” kata Lucky optimis.
Menjabat Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulut dan dipercayakan sebagai Staf Khusus Gubernur, dipastikan membuat Lucky leluasa mewujudkan transformasi digitalisasi gereja tersebut.
Sebab, seorang yang duduk menangani persoalan Informasi Teknologi minimal memiliki jaringan dan akses dengan lembaga-lembaga terkait termasuk konektifitas bersama pemerintah dalam sinergi mewujudkan peluang dan tantangan masyarakat kedepan.
Jika demikian, dipastikan memanen keberhasilan.
“Semua membutuhkan pendekatan akurat. Dan dengan perkenaan Tuhan itu akan saya lakukan demi masa depan gereja yang lebih baik,” ujarnya.
Kedepan, Lucky menginginkan pemimpin gereja tidak sekadar paham dengan teknologi, tetapi menjadi pembasmi dosa-dosa internet.
Transformasi digitalisasi gereja, lanjut Lucky, harus didesain menjadi pabrik berkat dengan produk positif dan berita menyejukan.
Dengan kerendahan hati, Lucky optimis tidak akan mengecewakan jika diberi kepercayaan bertugas sebagai salah satu pimpinan Sinode GMIM tersebut.
Lucky menginginkan gereja semakin dewasa, modern dan selalu bersama pemerintah turun di tengah-tengah masyarakat.
(Alfrits Semen)