Manado, BeritaManado.com – Masalah stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak wajib mendapatkan perhatian serius pemerintah termasuk pemerintah daerah.
Karena, menurut pengamat politik dan pemerintahan Sulawesi Utara, Taufik Manuel Tumbelaka, penanganan stunting jadi wajah keberhasihan pembangunan suatu daerah.
“Masalah stunting wajib diutamakan karena sangat penting untuk diselesaikan, jadi pertaruhan ‘harga diri’ pemimpin daerah,” tukas Taufik Tumbelaka kepada wartawan BeritaManado.com, Kamis (6/6/2024).
Secara khusus Tumbelaka mendorong Pemprov Sulut melalui dinas kesehatan terus berupaya mengurangi prevalansi stunting.
“Jika dicermati dari variabel organisasi dan manajemen (O&M) terkait masalah stunting di Sulut, patut dipertanyakan kinerja dinas kesehatan provinsi dikarenakan di sana ada bidang kesmas,” kata Tumbelaka.
Tumbelaka meminta Komisi 4 DPRD Sulut meminta penjelasan kepada dinas kesehatan terlebih khusus bidang kesmas. Ia mencontohkan beberapa daerah yang berhasil menurunkan prevalansi stunting.
“Kabupaten Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara bisa dijadikan contoh. Pemerintah daerahnya berhasil menurunkan stunting, patut diapresiasi,” jelas Tumbelaka.
Diketahui, berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting Sulut sebesar 20,5 persen.
Angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 berdasarkan hasil SKI sebesar 21,5 persen, turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 sebesar 21,6 persen.
Perbandingan capaian stunting Provinsi Sulawsi Utara Tahun 2022 berdasarkan Surat Satuan Gizi Indonesia (SSGI) bahwa Sulut berada di angka capaian 20,15% dari target 18,47%.
Kondisi tersebut mempengaruhi atau capaian SSGI Tahun 2022 Provinsi Sulawesi Utara sebesar 20,5% atau minus 2,03% dari target sebesar 18,4%.
Prevalensi stunting di sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Utara mengalami peningkatan yang signifikan di 2023.
Data terbaru dari BKKBN Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa target penurunan stunting yang telah ditetapkan untuk 2023 belum berhasil dicapai di banyak daerah.
Daerah dengan Peningkatan Prevalensi Stunting:
Beberapa kabupaten/kota yang mengalami peningkatan prevalensi stunting antara lain:
– Bolaang Mongondow: naik dari 19% pada tahun 2022 menjadi 24,8% pada tahun 2023.
– Manado: naik dari 18,4% menjadi 21,8%.
– Minahasa: naik dari 16,5% menjadi 23,1%.
– Bolaang Mongondow Utara: naik dari 21,9% menjadi 27,8%.
– Sangihe: naik dari 18,5% menjadi 19%.
– Siau Tagulandang Biaro: naik dari 14,4% menjadi 24,9%.
– Bolaang Mongondow Selatan: naik dari 27,9% menjadi 33%.
– Minahasa Selatan: naik dari 19,2% menjadi 26,4%.
– Bolaang Mongondow Timur: naik dari 21,9% menjadi 27,8%.
– Sulawesi Utara secara keseluruhan: naik dari 20,5% menjadi 21,3%.
Daerah dengan Penurunan Prevalensi Stunting:
Meski banyak daerah mengalami kenaikan, beberapa kabupaten/kota berhasil menurunkan prevalensi stunting, yaitu:
– Bitung: turun dari 23,5% pada tahun 2022 menjadi 19,5% pada tahun 2023.
– Tomohon: turun dari 13,7% menjadi 10,5%.
– Minahasa Tenggara: turun dari 26,5% menjadi 15%.
– Talaud: turun dari 26% menjadi 19,3%.
– Minahasa Utara: turun dari 20,5% menjadi 10,9%.
– Kotamobagu: turun dari 22,9% menjadi 20,5%.
Apa itu Stunting?
Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.
(JerryPalohoon)