Wilson Rumerung, mantan anggota DPRD Minahasa. (foto beritamanado)
AMURANG–Peringatan Hari Jadi ke-9 Kabupaten Minahasa Selatan, 27 Januari 2003-27 Januari 2012, yang dirayakan Jumat (27/1) menyisakan nada ketidakpuasan dari sebagaian masyarakat. Terutama berkaitan dengan penghargaan kepada pejuang pembentukan Minsel. Pasalnya, pemberian yang tidak menggambarkan secara keseluruhan.
“Kami patut mempertanyakan mengapa hanya 10 orang saja yang diberikan? Memang tidak mungkin di panggil semua. Karena pasti tempat tidak cukup. Tapi alangkah lebih bijak kalau yang diserahkan cukup satu orang saja untuk mewakili yang lain. Sedangkan yang lain cukup disebutkan nama saja,” papar tokoh masyarakat Minsel Butje Aseng yang juga anggota DPRD.
Dikatakannya pula, masih banyak tokoh-tokoh pejuang pembentukan Minsel yang memegang peranan penting. Tapi sayangnya tidak terakomodir, bahkan namanya tidak disebut-sebut pada pemberian penghargaan. “Saya ambil contoh Prof Dr Octavianus Rondonuwu yang menyusun studi kelayakan pembentukan Minsel. Beliau sama sekali tidak terakomodir. Begitu pula hokum tua-hukum tua yang berjuang dengan mengumpukan tandatangan,’’ ujar Aseng.
Lanjutnya, sehingga jauh lebih bijak kalau tidak dapat semua dipanggil kedepan menerima penghargaan. Cukup yang dipanggil disebutkan sebagai perwakilan.
Pernyataan dari Aseng mendapat dukungan dari Sekretaris LSM Gerbang Sulut Yohanes Ishak. Agar pemerintah dapat lebih peka soal penyebutan pejuang. Selain itu dia juga memintakan agar pembuatan buku sejarah pembentukan Minsel dapat segera disusun. “Mumpung tokoh-tokoh pembentukan masih banyak yang hidup. Buku ini juga nantinya tidak hanya memaparkan soal pembentukan. Tapai sampai jauh ke belakang. Supaya generasi berikut dapat mengetahui persis daerahnya,” tutur Ishak.
Lain lagi kata Wilson Rumerung, mantan anggota DPRD Minahasa dari FPDIP. ‘’Saya pertanyakan pemberian penghargaan para pejuang. Yang berdiri atau dipanggil itu, sebagiannya bukan pejuang. Malahan, setahu saya kalau mereka menolak. Saya sebut, DR Ferry Liando dan Setly Kohdong. Juga pak Arie Purukan. Mereka-mereka itu, yang saya tahu tak mau Minsel dimekarkan,’’ jelas Rumerung.
Rumerung juga mempertanyakan, pemberian penghargaan secara simbolis harusnya Prof Oktavianus Rondonuwu. Sebab, dialah yang membuat kajian. ‘’Saya curiga, yang bekin semua ini adalah Berty Setligh Cs. Lihat saja, ada pejuang yang benar-benar. Namun, Setligh Cs justru tak mau lakukan. Selain itu, yang namanya pejuang, harusnya Ventje Tuela termasuk dirinya. Sebab, sewaktu duduk sebagai anggota DPRD. kami nyatakan akan mundur dari anggota bila Bupati Dolfie Tanor (Alm) tak mau menandatangani,’’ pungkas Rumerung, namun demikian justru yang diberikan penghargaan bukan pejuang. Namun, banyak pejuang kesiangan. (and)