Manado – Pelayanan publik di PT Angkasa Pura Bandar Udara (Bandara) Sam Ratulangi Manado kembali menuai sorotan, kali ini datang dari penumpang dari Jepang yang mengaku kehilangan koper berisikan rempah-rempah dan makanan tradisional Minahasa, Sulut.
“Kebetulan kita pe keponakan sekeluarga (suami istri dan anak) ada pulang Natalan sekaligus liburan di Langowan dari Jepang. Kita pe keponakan kebetulan TKA legal di Jepang, bahkan so memiliki KTP Jepang. Ketika kita pe keponakan (bernama) Christian Shimamura Massie bale ke Jepang Jumat 6 Januari 2017 dengan maskapai penerbangan Silk Air. Biasa yang dibawa ole-ole dari Langowan, makanan khas Minahasa beserta rempah-rempah dengan berat bagasi 30 kg,” ujar Aldy Rorong warga Langowan awalnya menceritakan.
Keluarganyapun di Jepang tak sabar menunggu ole-ole tersebut yang di Jepang dianggap jarang-jarang itu karena harganya mahal, bahkan tidak bisa uh di sana, tambah Aldy.
“Tapi ironinya, ketika sampai bandara Chubu Internasional Nagoya Jepang, kopernya ternyata sudah tidak ada,” ungkapnya.
Setelah di kroscek oleh pihak bandara setempat, ternyata ada, namun sudah beda koper atau ditukar dengan koper yang lebih kecil dengan namanya yang masih sama, tertera Christian Shimamura Massie.
Menurut dia, pihak bandara menahan koper itu karena tidak sesuai dengan bagasi yang tertera di ticket christian yang beratnya 30 kg.
Berat tas kecil Luis Vitton hanya sekitar 2 kg. Setelah di bongkar pihak bandara, bagasi itu berisi tas plastik dan rempah-rempah, tuturnya.
“Ada indikasi, oknum pihak Bandara Samrat yang menukar. Ini jelas sangat memiriskan. Menurut Christian, hal serupa juga dialami salah satu turis Jepang yang berangkat sama-sama dengan Christian dari Manado ke Jepang. Tapi kalau yang turis Jepang, bagasinya tak lagi didapat atau hilang,” ujarnya.
Ini jelas sangat memiriskan bagi kemajuan keparawisataan di Sulut. Tak menutup kemungkinan ini juga menimpa kepada turis lainnya yang berkunjung ke Sulut, kata Aldy yang mengaku kecewa dengan pelayanan bandara Sam Ratulangi Manado.
Diduga aksi ini sudah terorganisir dan dilakoni oknum tertentu di Bandara Samrat.
“Hari ini, saya akan mengantar istri keponakan saya yang kebetulan masih berada di Langowan untuk melakukan komplain di bandara,” Tegasnya.
Dia berharap para pengambil kebijakan dan pegiat keparawisataan di Sulut menyikapi persoalan klasik di Bandara Sam Ratulangi ini.
“Ini demi kemajuan keparawisataan Sulut,” Katanya.
Hingga berita ini di muat, belum ada konfirmasi dari pihak Bandara Internasional Sam Raulangi Manado. (Rizath Polii)
UPDATE:
Ini Penjelasan Pihak Bandara Internasional Sam Ratulangi Terkait Kasus Kehilangan Bagasi
Manado – Pelayanan publik di PT Angkasa Pura Bandar Udara (Bandara) Sam Ratulangi Manado kembali menuai sorotan, kali ini datang dari penumpang dari Jepang yang mengaku kehilangan koper berisikan rempah-rempah dan makanan tradisional Minahasa, Sulut.
“Kebetulan kita pe keponakan sekeluarga (suami istri dan anak) ada pulang Natalan sekaligus liburan di Langowan dari Jepang. Kita pe keponakan kebetulan TKA legal di Jepang, bahkan so memiliki KTP Jepang. Ketika kita pe keponakan (bernama) Christian Shimamura Massie bale ke Jepang Jumat 6 Januari 2017 dengan maskapai penerbangan Silk Air. Biasa yang dibawa ole-ole dari Langowan, makanan khas Minahasa beserta rempah-rempah dengan berat bagasi 30 kg,” ujar Aldy Rorong warga Langowan awalnya menceritakan.
Keluarganyapun di Jepang tak sabar menunggu ole-ole tersebut yang di Jepang dianggap jarang-jarang itu karena harganya mahal, bahkan tidak bisa uh di sana, tambah Aldy.
“Tapi ironinya, ketika sampai bandara Chubu Internasional Nagoya Jepang, kopernya ternyata sudah tidak ada,” ungkapnya.
Setelah di kroscek oleh pihak bandara setempat, ternyata ada, namun sudah beda koper atau ditukar dengan koper yang lebih kecil dengan namanya yang masih sama, tertera Christian Shimamura Massie.
Menurut dia, pihak bandara menahan koper itu karena tidak sesuai dengan bagasi yang tertera di ticket christian yang beratnya 30 kg.
Berat tas kecil Luis Vitton hanya sekitar 2 kg. Setelah di bongkar pihak bandara, bagasi itu berisi tas plastik dan rempah-rempah, tuturnya.
“Ada indikasi, oknum pihak Bandara Samrat yang menukar. Ini jelas sangat memiriskan. Menurut Christian, hal serupa juga dialami salah satu turis Jepang yang berangkat sama-sama dengan Christian dari Manado ke Jepang. Tapi kalau yang turis Jepang, bagasinya tak lagi didapat atau hilang,” ujarnya.
Ini jelas sangat memiriskan bagi kemajuan keparawisataan di Sulut. Tak menutup kemungkinan ini juga menimpa kepada turis lainnya yang berkunjung ke Sulut, kata Aldy yang mengaku kecewa dengan pelayanan bandara Sam Ratulangi Manado.
Diduga aksi ini sudah terorganisir dan dilakoni oknum tertentu di Bandara Samrat.
“Hari ini, saya akan mengantar istri keponakan saya yang kebetulan masih berada di Langowan untuk melakukan komplain di bandara,” Tegasnya.
Dia berharap para pengambil kebijakan dan pegiat keparawisataan di Sulut menyikapi persoalan klasik di Bandara Sam Ratulangi ini.
“Ini demi kemajuan keparawisataan Sulut,” Katanya.
Hingga berita ini di muat, belum ada konfirmasi dari pihak Bandara Internasional Sam Raulangi Manado. (Rizath Polii)
UPDATE:
Ini Penjelasan Pihak Bandara Internasional Sam Ratulangi Terkait Kasus Kehilangan Bagasi