Kami tidak punya ilmu sederajat dengan seorang sarjana atau insimyur. Pada kami hanya ada semangat untuk bekerja menanam, merawat, hingga menuai atau lazim disebut panen. Itulah yang kami lakukan dengan kebun sawah kami di Kota Langowan sepanjang tahun. Pasang surut hasil produksi sudah merupakan hal biasa. Mengharapkan banyak tapi dapatnya sedikit, sudah merupakan resiko yang harus ditanggung – Jotje Manopo.
Lebih lanjut dikatakan Manopo, bahwa siklus kehidupan petani sangat sederhana. Bangun pagi, sarapan, pergi ke sawah/ladang, sentuh tanah, isitirahat/makan siang, kembali sentuh tanah, minum kopi, menyelesaikan pekerjaan sentuh tanah, serta pulang untuk istirahat. Begitu seterusnya yang terjadi mulai dari musim tanah, perawtan, hingga panen. Rasa jenuh terkadang terlintas di alam pikiran, tapi tidak bisa diabaikan, karena begitulah dunia petani.
Mungkin belum banyak petani padi sawah di kota ini yang tahu jika sebentar lagi tanah di wilayah yang sudah dipijak selama puluhan tahun akan segera berdiri sendiri sebagai daerah otonom. Bagi yang tahun tentu itu merupakan suatu sukacita. Akan tetapi untuk mereka yang belum sempat mengecap informasi bersejarah itu, hanya bisa mengatakah “oh ya” saat ditanya wartawan apakah sudah mengetahui atau belum.
Lepas dari dua hal diatas, kabar sudah ditandatanganinya Amanat Presiden RI terkait usulan 65 calon Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan momen berharga bagi seluruh masyarakat Kota Langowan. Akan tetapi, pekerjaan untuk memperkokoh sendi-sendi kehidupan Kota Langowan harus diisi dari segala sektor. Salah satunya yaitu pertanian dan peternakan yang sangat yang sangat membuthkan peningkatan hasil produksi.
Inilah tugas berat pemerintah yang akan memimpin Kota Langowan melalui instansi Dinas Pertanian (sudah termasuk di dalamnya peternakan dan perkebunan). Tugas para petani dan pemerintah sudah jelas harus menjadi satu paket tak terpisahkan. Perpaduan semangat menanam dari petani dan sentuhan kebijakan dari pemerintah pasti menghasilkan iklim pertanian yang bisa diandalkan untuk kemajuan daerah. (Frangki Wullur)
Kami tidak punya ilmu sederajat dengan seorang sarjana atau insimyur. Pada kami hanya ada semangat untuk bekerja menanam, merawat, hingga menuai atau lazim disebut panen. Itulah yang kami lakukan dengan kebun sawah kami di Kota Langowan sepanjang tahun. Pasang surut hasil produksi sudah merupakan hal biasa. Mengharapkan banyak tapi dapatnya sedikit, sudah merupakan resiko yang harus ditanggung – Jotje Manopo.
Lebih lanjut dikatakan Manopo, bahwa siklus kehidupan petani sangat sederhana. Bangun pagi, sarapan, pergi ke sawah/ladang, sentuh tanah, isitirahat/makan siang, kembali sentuh tanah, minum kopi, menyelesaikan pekerjaan sentuh tanah, serta pulang untuk istirahat. Begitu seterusnya yang terjadi mulai dari musim tanah, perawtan, hingga panen. Rasa jenuh terkadang terlintas di alam pikiran, tapi tidak bisa diabaikan, karena begitulah dunia petani.
Mungkin belum banyak petani padi sawah di kota ini yang tahu jika sebentar lagi tanah di wilayah yang sudah dipijak selama puluhan tahun akan segera berdiri sendiri sebagai daerah otonom. Bagi yang tahun tentu itu merupakan suatu sukacita. Akan tetapi untuk mereka yang belum sempat mengecap informasi bersejarah itu, hanya bisa mengatakah “oh ya” saat ditanya wartawan apakah sudah mengetahui atau belum.
Lepas dari dua hal diatas, kabar sudah ditandatanganinya Amanat Presiden RI terkait usulan 65 calon Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan momen berharga bagi seluruh masyarakat Kota Langowan. Akan tetapi, pekerjaan untuk memperkokoh sendi-sendi kehidupan Kota Langowan harus diisi dari segala sektor. Salah satunya yaitu pertanian dan peternakan yang sangat yang sangat membuthkan peningkatan hasil produksi.
Inilah tugas berat pemerintah yang akan memimpin Kota Langowan melalui instansi Dinas Pertanian (sudah termasuk di dalamnya peternakan dan perkebunan). Tugas para petani dan pemerintah sudah jelas harus menjadi satu paket tak terpisahkan. Perpaduan semangat menanam dari petani dan sentuhan kebijakan dari pemerintah pasti menghasilkan iklim pertanian yang bisa diandalkan untuk kemajuan daerah. (Frangki Wullur)