Ratatotok, BeritaManado.com – Ratusan masyarakat dari Desa Moreah, Moreah Satu, dan Soyoan berunjuk rasa di lokasi pertambangan emas tanpa ijin (PETI) yang disebut batu gelas milik Alfian Tumbelaka, di Desa Ratatotok, Kecamatan Ratatotok, Minahasa Tenggara (Mitra), Rabu (26/2/2020).
Hal ini merupakan buntut dari penembakan yang dilakukan oleh oknum anggota Brimob, pada Selasa 25 Februari 2020, pukul 23.30 Wita.
Selain itu, masyarakat meminta kepada pihak pengelola untuk memberikan kesempatan agar sisa hasil galian alat berat (buangan) dapat dikelola oleh para masyarakat tersebut.
“Ini dua tuntutan masyarakat yang datang berunjuk rasa, pertama menyesalkan adanya penembakan oleh aparat dan kedua meminta kesempatan mengelola sisa hasil galian alat berat,” ungkap Kapolres Mitra AKBP Robby Rahardian, SIK, didampingi Kapolsek Ratatotok, Hukum Tua Desa Moreah dan Moreah Satu, beserta pihak dari TNI kala menerima para pengunjuk rasa.
Usai mendengar tuntutan warga yang berjumlah sekira 200-an orang ini, Kapolres Mitra AKBP Robby Rahardian mengatakan bahwa pihak akan menindaklanjutinya dan berupaya memediasi untuk mencari solusi terbaik.
“Untuk masalah penembakan akan dilakukan investigasi oleh pihak yang berwenang dan akan dicari akar permasalahannya, kenapa bisa terjadi penembakan tersebut,” tandasnya.
Sementara untuk masalah permintaan melakukan aktivitas pada malam hari, akan dilakukan mediasi di Polsek Ratatotok, pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2020.
“Besok pukul 09.00 Wita, kami akan lakukan mediasi antara Aparat pemerintah, pengelola, dan masyarakat dari tiga desa tersebut,” pungkas AKBP Robby Rahardian.
Selanjutnya selama proses mediasi belum selesai maka Kapolres Mitra berharap agar kegiatan penambangan dihentikan sementara, baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak pengelola.
Setelah itu, sekira pukul 16:45 Wita masa kemudian membubarkan diri dan pulang kembali ke desa masing-masing.
Diketahui sehari sebelumnya, yakni Selasa 25 Februari 2020, pukul 23.30 Wita, masyarakat atau penambang yang menggunakan alat tradisional yang bermaksud mengambil sisa bongkahan dari alat berat (Excavator) milik dari sebuah perusahaan emas tanpa ijin, diusir aparat Brimob bersenjata lengkap.
Tak tanggung-tanggung, beberapa masyarakat ditodong dengan senjata, bahkan aparat beberapa kali melepaskan tembakan peringatan.
Hingga kini belum diketahui alasan terjadinya peristiwa tersebut, yakni penodongan dan pelepasan tembakan peringatan oleh aparat.
(Jenly Wenur)