Tomohon, BeritaManado.com — Negeri Rurukan akan merayakan ulang tahunnya yang ke-176 dengan puncak acara pada 30 April 2024.
Ulang tahun negeri Wanua Rurukan yang dikenal dengan ‘Negeri Para Penyanyi’ dipastikan akan berlangsung semarak dengan serangkaian konsep kegiatan.
Pada Sabtu, 27 April 2024 akan diramaikan dengan Pawai Tradisional dan Mazani, kemudian diramaikan dengan Line Dance pada Minggu, 28 April 2024.
Sedangkan puncak acara pada Selasa, 30 April 2024 dengan agenda kegiatan seperti Mazani, Ukulele, Stand Up bernuansa Bahasa Tombulu dan Malam Kebersamaan.
Semarak perayaan ini sangat terasa karena setiap tahunnya acara selalu dibanjiri seluruh masyarakat Rurukan yang saat ini telah dimekarkan menjadi Rurukan dan Rurukan Satu.
Bahkan, bunyi musik Mazani telah bergaung dalam kurun sebulan terakhir karena setiap lingkungan mempersiapkan tim Mazani sendiri.
Tim Mazani ini tak hanya sekedar meramaikan, tetapi akan turut berkompetisi, di mana ciri khas musik Mazani akan berbalasan satu dengan lainnya.
Hal ini turut dibenarkan Ketua Panitia, Stenly Kaunang yang menegaskan keterlibatan seluruh masyarakat menjadi kunci suksesnya acar tersebut.
“Kegiatan ini tentu saja didukung oleh Pemerintah Kelurahan Rurukan yang dipimpin oleh Bapak Berty Apouw SPd, MM dan Pemerintah Kelurahan Rurukan Satu yang dipimpin oleh Bapak Meine Wengkang SE,” ungkapnya.
Adapun tema yang diangkat dalam perayaan ke-176 ini adalah “Ni Kita Peleng, Matuari Ni Itu Mo, Ma Leo-Leosan Witu Un Tou Touan” (Kita Semua Bersaudara, maka dari itu mari hidup baik dalam hidup dan kehidupan kita).
Di pihak lain, Resina Kaunang SPd selaku pegiat budaya Mazani, akademisi dan penggerak budaya di negeri Rurukan menyatakan bahwa ‘Tou’ (Orang) Rurukan, masih sangat kental dengan adat dan budaya.
Hal ini tampak di berbagai kesempatan, di mana dalam kehidupan rutinitas rumah tangga, setiap anggota keluarga masih ada yang secara bersahut-sahutan berkomunikasi sambil bernyanyi.
“Hal itulah yang semakin menguatkan kami warga Rurukan bahwa budaya Mazani tidak bisa lepas dari keseharian hidup kami,” pungkasnya.
Adapun dalam proses penguatan Seni Mazani yang ada di Rurukan ini, catatan Ambrosius M Loho, seorang Pegiat Filsafat Budaya dan Akademisi Fakultas Pariwisata Universitas Katolik De La Salle Manado dalam Laman https://beritamanado.com/memperkuat-filosofi-budaya-mazani-negeri-rurukan/ (baca di sini), menyatakan:
Pertama, Mazani bukan terutama mengedepankan suara penyanyi, layaknya penyanyi yang menyanyi dalam sebuah kelompok paduan suara.
Kedua, koreografi yang digarap oleh setiap ‘performer’, tidak menjadi hal yang paling utama karena yang utama justru pemaknaan pada sastra yang dinyanyikan itu.
Ketiga, bahwa makna filosofis dan kedalaman dari apa yang dinarasikan/yang dinyanyikan oleh performer, menjadi pokok utama dan isi dari Mazani ini yang sejatinya menceritakan tentang kehidupan riil orang Rurukan sejak dahulu.
“Perlulah kita apresiasi apa yang sampai saat ini, masih tumbuh dan berkembang di Negeri Rurukan ini karena ada keyakinan bahwa seni Mazani ini merupakan mewujud dalam realitas hidup mereka karena dipandang sebagai ‘way of life’,” ujar Ambrosius Loho.
(***/jenly)