Bitung – Monumen Tri Komando Rakyat (Trikora) merupakan salah satu tempat wisata Negara Indonesia yang berada di Kelurahan Batu Lubang, tepian pulau Lembeh Kota Bitung.
Monumen Trikora ini dibangun pada akhir tahun 80-an dibawah kepemimpinan Sinyo Harry Sarundajang pada waktu menjabat sebagai Walikota Bitung yang saat ini sebagai Gubernur Sulawesi Utara.
Monumen Trikora ini merupakan bukti sejarah bangsa indonesia untuk mengenang perjuangan bangsa indonesia dalam merebut kembali Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Saat ini pasukan tentara Indonesia menjadikan pelabuhan Kota Bitung sebagai lokasi pendaratan awal sebelum menjalankan misi membebaskan Irian Barat.
Sangat disayangkan apabila salah satu bukti sejarah bangsa Indonesia di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara ini ditelantarkan. Dalam pantauan beritamanado.com di lokasi monumen Trikora ini, tampak lingkungan monumen yang kotor dan tidak terawat serta rumput yang telah tinggi-tinggi.
Pesawat DC-3 TNI-AU yang berada disamping monumen ini terlihat kusam dan tidak terawat padahal pesawat ini merupakan salah satu pesawat yang digunakan dalam operasi Trikora.
Amir Hein, salah satu masyarakat yang tinggal disamping Monumen Trikora ketika ditemui menuturkan bahwa dulunya lokasi monumen Trikora ini terawat baik. “Waktu jaman Sarundajang tu walikota ini monumen mulai dibangun kong salalu taurus deng bersih,” tutur Amir.
Amir menambahkan bahwa dulunya pesawat DC-3 ini lengkap dengan mesin dan perabotan-perabotannya namun orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang mengambil berbagai perlengkapan pesawat ini untuk dijual. “Jok kursi pesawatpun telah dicabut untuk dijual,” tambah Amir.
Priscillia Tobangen, salah satu wisatawan lokal asal Manado yang ditemui disekitar monumen Trikora ini sangat menyayangkan wisata sejarah ini kotor dan tidak terawat padahal merupakan dokumentasi sejarah bangsa Indonesia. Tobangen juga menyayangkan karena dermaga di monumen trikora ini tidak memiliki tangga sehingga menyulitkan para wisatawan karena harus sedikit memanjat untuk naik ke lokasi monumen.
“Semoga Pemerintah Kota Bitung dapat memberikan perhatian lebih untuk tempat bersejarah ini karena merupakan dokumentasi sejarah bangsa Indonesia,” tutur Tobangen bersama dengan rekan-rekannya.(kiasembel)
Baca juga: