Manado – Kue tradisional yang cara pembuatannya rumit seperti kue besi gulung kini mulai susah dicari.
Faktor minimnya minat untuk mempelajari pembuatan kue tradisional dari generasi muda menjadi salah satu penyebab kue ini jarang ditemukan, padahal dari segi rasa kue ini mampu bersaing dengan kue kekinian.
Hal tersebut disampaikan Widya Londa, salah satu pengusaha bidang kuliner yang kini turut berupaya melestarikan kue besi gulung, kepada BeritaManado.com, saat ditemui beberapa waktu lalu di acara Bigger oleh Bekraf di FourPoints by Sheraton Manado.
“Di kampung sekarang kurang satu orang yang mungkin masih setia memproduksi kue ini, itu pun sudah orang tua. Sementara yang muda muda kurang tertarik menggeluti ini karena memang prosesnya yang sulit,” ujar Widya Londa.
Berdasarkan hal tersebut, demi menjaga kelestarian kue besi gulung, Widya Londa pun tergerak untuk memproduksi kue besi gulung asal Pinamorongan, Kecamatan Tareran dengan label Poopim.
Diketahui, kue besi gulung terdiri dari bermacam-macam jenis tergantung daerahnya.
Widya memilih kue besi gulung yang sesuai dengan daerah asalnya karena resep yang sudah turun temurun lebih dikuasai.
“Pembuatannya juga rumit karena adonan harus dipanggang di wadah besi yang sudah dipanaskan, lalu digulung dalam keadaan panas menggunakan tangan,” jelas Widya.
Komposisi kue besi gulung Poopim yang terdiri dari santan, tepung beras, susu, kacang dan telur juga jadi pembeda dari kue besi gulung lainnya sehingga Widya berkomitmen tetap pada pilihannya untuk melestarikan kue besi gulung Pinamorongan.
“Usaha ini memang baru dimulai sekitar enam bulan lalu. Produksinya juga tidak dilakukan secara massal, tapi homemade itupun by order. Tapi syukur, pasar kue ini masih tetap ada karena memang banyak masyarakat yang rindu kue ini,” ucap Widya.
Widya pun berharap, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) makin diperhatikan sehingga pengusaha-pengusaha kecil dapat terus tumbuh dan berkembang.
(srisurya)