Manado, BeritaManado.com — Sesuai dengan tahapan KPU, 14 Februari 2024, Indonesia akan memilih wakil rakyat di semua jenjang yakni DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Di Sulawesi Utara (Sulut) aroma persaingan para bakal calon legislatif (bacaleg) kian kental terasa.
Baliho para bacaleg menghiasi di berbagai titik strategis.
Menarik disimak adalah peta kompetisi bacaleg DPR RI yang akan memperebutkan enam kursi dari Dapil Sulut.
Terlebih nama-nama yang kini muncul cukup dikenal publik.
Meski begitu, PDIP diprediksi masih akan berbicara banyak pada pesta demokrasi di bumi nyiur melambai.
Partai pimpinan Olly Dondokambey di Sulut ini, digadang-gadang bakal menyegel empat kursi Senayan.
Kursi pertama PDIP diyakini adalah milik Rio Dondokambey.
Rio Dondokambey sudah tancap gas dengan sosialisasi kepada masyarakat.
Belum lagi dengan kesuksesan Rio memimpin berbagai organisasi kepemudaan, ekonomi dan keagamaan di Sulut.
Di usia muda, Rio sudah banyak berbuat bagi kepentingan daerah.
Kursi kedua dan ketiga PDIP, berpeluang diisi oleh Wenny Lumentut dan Yasti Soepredjo Mokoagow.
Wenny Lumentut sudah siap berlari cepat berkantor di Senayan.
Terlebih, dukungan warga kepada Wenny dalam pencalonan ini terus mengalir.
Figur Wenny juga dikenal merakyat dan suka membantu.
Sementara Yasti Mokoagow adalah srikandi populer.
Mantan Bupati Bolaang Mongondow ini sudah paham betul iklim kontestasi politik di Sulut.
Yasti dianggap memiliki basis massa khususnya di wilayah Mongondow Raya.
Nah, untuk kursi keempat PDIP bisa jadi bakal diperebutkan dua figur yakni Vanda Sarundajang dan James Sumendap.
Vanda kini berstatus sebagai petahana sedangkan James adalah Bupati Minahasa Tenggara dua periode.
Untuk kursi kelima, bisa saja adalah jatah Golkar.
Dan peluang besar pemiliknya adalah Christiany Eugenia Paruntu.
Tetty, sapaan akrab Christiany, adalah politisi kawakan di bumi nyiur melambai.
Aura kepemimpinan Tetty masih sangat dirindukan publik.
Terlebih Tetty berhasil memimpin Minahasa Selatan selama dua periode.
Kursi terakhir DPR RI menarik disimak.
Diprediksi akan diperebutkan dua parpol.
Ada NasDem dan Gerindra.
Dari NasDem mungkin bisa diwakilkan Tatong Bara atau Vicky Lumentut.
Sementara Gerindra, ada Conny Rumondor dan Ramoy Luntungan.
Semuanya memiliki kans yang sama.
Terpisah, Dosen Kepemiluan Unsrat Manado, Ferry Daud Liando, menyebut beberapa indikator yang bisa menentukan suatu parpol dapat mendominasi perolehan kursi pada Pemilu 2024.
Pertama, kata Ferry, saat berkompetisi, parpol tersebut dalam kondisi solid.
Artinya, tidak sedang dilanda konflik.
Dikatakan, jika konflik, maka parpol itu sesungguhnya tidak sedang berkompetisi dengan parpol lain, tapi antara sesama anggota dalam satu parpol yang sama.
Kedua, lanjut Ferry, komposisi caleg dalam parpol diisi figur-figur besar dan populer serta memiliki finansial kuat.
Dan ketiga, calon-calon mendapat dukungan dari tokoh-tokoh berpengaruh, seperti tokoh agama atau tokoh politik yang sedang berkuasa.
“Saya kira untuk kondisi politik saat ini, target PDIP yang berusaha mendominasi perolehan kursi tahun 2024 sangat realistis. Reputasi pak Olly Dondokambey dan Steven Kandouw sebagai pemimpin Sulut yang merupakan kader PDIP tentu akan mempengaruhi elektabilitas parpol,” kara Ferry kepada BeritaManado.com, Kamis (14/9/2023).
Menurut Ferry, dari tiga indikator tersebut, baru PDIP yang memilikinya.
Sehingga, kata Ferry, jika PDIP tetap solid dan kompak hingga Pemilu 2024, maka untuk memenuhi target empat kursi sangatlah berpeluang.
“Belum lagi dari 15 kabupaten/kota di Sulut, 13 kepala daerah dikuasai PDIP. Praktis tinggal Talaud dan Boltim yang tidak,” jelasnya.
Ia menuturkan, pengalaman pada pemilu-pemilu terdahulu, semua caleg yang didukung bupati/wali kota begitu mulus terpilih.
Dari komposisi bacaleg yang didaftarkan PDIP di KPU, terdapat nama-nama besar sejumlah figur yang disegani.
“Tentu peluang itu makin lebar,” bebernya.
Namun, ujar Ferry, amatan yang dia lihat tersebut, hanya berlaku pada kondisi politik saat ini.
Sebab, jika iklim politik tahun 2024 berubah, maka argumentasi bisa menjadi lain.
Apalagi, politik di tingkat pusat sangat dinamis dan bisa mempengaruhi dinamika politik lokal.
“Intinya jika PDIP tetap solid dan tidak ada konflik, tentu peluangnya mencapai target sangat besar. Peluang PDIP juga tergantung pada komposisi figur-figur yang diusung parpol lain, yang saat ini belum semuanya diketahui,” terang Ferry.
Ia mengatakan, peluang PDIP bisa mencapai
target atau tidak, akan terbaca jika parpol lain sudah pasti mengajukan nama-nama sebagai caleg.
Di sisi lain, PDIP juga bisa mengusung capres sendiri.
Sehingga diuntungkan dari segu ‘coattail effect’.
Artinya, pemilih capres biasanya akan juga memilih parpol yang mengusungnya.
“Dan biasanya, parpol pengusung capres-cawapres akan ketiban rejeki elektoral,” tandasnya.
(Alfrits Semen)