MANADO – “Bangun kawan-kawanku!, sudah cukup kita dininabobokan dengan sistem yang merebut kebebasan kita.” Demikian isi kata pembuka sebuah selebaran yang ditemukan di sekitaran kampus Unsrat Selasa (6/12) siang.
Dari isi selebaran yang mengatasnamakan “Hidup Mahasiswa” tersebut mengisyaratkan bahwa mereka memanfaatkan dua momentum berskala internasional, yaitu Hari Anti Korupsi dan HAM Sedunia pada tanggal 9-10 Desember, untuk mengkritisi kebijakan Universitas Sam Ratulangi.
Salah satu paragraf yang dikutip langsung dari edaran tersebut adalah, “Mahasiswa kritis terhadap kebijakan yang menyimpang dianggap sebagai teroris yang siap divonis karena para elite kampus melihat hal ini adalah sebuah pelanggaran.”
“Apakah ini sebuah potret pendidikan di kampus ini? Ataukah kita sengaja dididik untuk tetap patuh pada sistem yang bobrok ini? Apakah kita harus terus mengiyakan sebuah aturan dalam bentuk kebijakan yang illegal, yang menguntungkan mereka dan merugikan kita?”
“Korupsi, pungutan liar (tuttion fee, dana POM) dan masih banyak lagi pungutan-pungutan liar di kampus ini yang seharusnya perlu kita sikapi guna terjadinya sebuah transparansi dalam pengelolahan anggaran.”
Dalam selebaran tersebut juga menegaskan bahwa mahasiswa ingin merebut kembali kebebasan (kebebasan berkreasi/kreatifitas serta kebebasan mimbar akademik) yang selama ini telah dipasung.
Melalui selebaran tersebut juga, terdeskripsikan bahwa mahasiswa (penulis-red), juga menyatakan siap menentang pimpinan yang diktator dan anti kritik. Sementara itu, bersamaan dengan pembagian selebaran tersebut, mahasiswa Unsrat tengah melaksanakan pemilihan langsung Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). (*/cha)