Manado – Tak terasa bencana banjir bandang yang melanda Kota Manado 15 Januari 2014 silam telah tiga tahun berlalu. Meski rasa duka akibat bencana yang menelan korban jiwa dan materi tersebut sudah pulih, namun memori kelam itu rasanya sulit untuk dilupakan, apalagi dihapus dari ingatan.
Seperti yang diungkapkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa Ivonne Andries SIP yang berdomisili di Kelurahan Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado. Saat itu kediamannya yang berada tepat di pinggir Sungai Sario tak luput dari banjir yang menghebohkan itu.
Ketinggian air yang nyaris mencapai atap rumah warga itu di suatu sisi membuat gempar seluruh Sulawesi Utara. Namun secara bersamaan juga mampu menggerakkan semangat solidaritas kemanusiaan dari berbagai penjuru daerah. Bala bantuan spontan langsung mengalir disamping ada upaya dari pemerintah.
“Semoga saja bencana ini tidak akan terulang lagi. Ini tentu menjadi bahan refleksi bagi kita bersama, tidak hanya bagi warga Manado namun juga Minahasa dan daerah lain di Sulut. Penting untuk bersahabat dengan alam dan lingkungan. Jangan menganggap lingkungan sekitar kita sebagai tempat sampah,” katanya.
Andries juga menambahkan bahwa manusia juga harus menciptakan keseimbangan alam, dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan dan sebagainya. Selebihnya tinggal bagaimana masyarakat membudayakan hal itu dalam kehidupan sehari-hari secara turun temurun. (frangkiwullur)
Manado – Tak terasa bencana banjir bandang yang melanda Kota Manado 15 Januari 2014 silam telah tiga tahun berlalu. Meski rasa duka akibat bencana yang menelan korban jiwa dan materi tersebut sudah pulih, namun memori kelam itu rasanya sulit untuk dilupakan, apalagi dihapus dari ingatan.
Seperti yang diungkapkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa Ivonne Andries SIP yang berdomisili di Kelurahan Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado. Saat itu kediamannya yang berada tepat di pinggir Sungai Sario tak luput dari banjir yang menghebohkan itu.
Ketinggian air yang nyaris mencapai atap rumah warga itu di suatu sisi membuat gempar seluruh Sulawesi Utara. Namun secara bersamaan juga mampu menggerakkan semangat solidaritas kemanusiaan dari berbagai penjuru daerah. Bala bantuan spontan langsung mengalir disamping ada upaya dari pemerintah.
“Semoga saja bencana ini tidak akan terulang lagi. Ini tentu menjadi bahan refleksi bagi kita bersama, tidak hanya bagi warga Manado namun juga Minahasa dan daerah lain di Sulut. Penting untuk bersahabat dengan alam dan lingkungan. Jangan menganggap lingkungan sekitar kita sebagai tempat sampah,” katanya.
Andries juga menambahkan bahwa manusia juga harus menciptakan keseimbangan alam, dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan dan sebagainya. Selebihnya tinggal bagaimana masyarakat membudayakan hal itu dalam kehidupan sehari-hari secara turun temurun. (frangkiwullur)