Airmadidi-Kepala SMPN 1 Airmadidi Fedrika Tasiam SPd STh mengaku sudah mengantongi restu orangtua dari 14 siswa yang tergabung dalam tim kolintang sekolah.
Tasiam dalam keterangan pers, mengatakan, orangtua dari 14 siswa menyetujui untuk mengumpulkan uang sebesar Rp4,3 juta sesuai proposal yang dijalankan pihak sekolah.
Dengan restu tersebut, Tasiam memastikan sekolahnya tetap akan jadi peserta Festival Mapalus yang digelar di Bali, 26 Oktober 2017 mendatang.
“Kami sudah tanya orangtua soal proposal itu, dan mereka setuju. Jadi kami akan tetap berangkat kalau uang itu sudah dikumpul,” kata Tasiam, Senin (18/9/2017).
Mantan Kepsek SMPN 3 Kauditan ini mengatakan, proposal dalam kegiatan festival seperti ini sudah sering dijalankan di SMPN 1 Airmadidi.
“Saya kan baru disini, lalu ada undangan (Festival Mapalus) ke Bali. Saya juga tidak mau pergi, tapi katanya dari guru-guru sekolah ini tahun lalu ikut di Semarang, masa tahun ini tidak? Makanya digelar rapat orangtua, waktu itu yang hadir hampir 10 orangtua siswa dan mereka setuju. Mereka sepakat jalankan proposal karena sekolah tidak bisa mengeluarkan uang sebesar itu,” kata Tasiam.
Adapun sesuai dengan isi proposal rinciannya yaitu tiket pulang pergi Manado-Bali-Manado Rp2.600.000, penginapan hotel Rp500.000 untuk lima hari, makan siang dan malam Rp50.000 untuk lima hari, transportasi dalam kota/objek wisata Rp50.000 untuk lima hari sehingga menjadi Rp4.350.000 dikali 14 siswa dan 4 guru sehingga total mencapai Rp78.300.000.
Sikap SMPN 1 Airmadidi yang mewajibkan siswa peserta Festival Mapalus di Bali dikritik keras banyak pihak, salah satunya aktifis Minut William Luntungan.
“Keinginan mulia orang tua murid untuk melihat prestasi sang anak justru seakan menjadi beban dengan nominal uang yang harus disetorkan kepada pihak sekolah,” kata Luntungan.
Ia pun meminta agar setiap kegiatan ekstrakurikuler apalagi membawa nama daerah, agar biaya akomodasinya jangan dibebankan kepada orangtua siswa.
“Alangkah baiknya kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti ini menjadi program pemerintah sehingga pembebanannya lewat APBD bukan kepada orang tua murid seperti saat ini,” katanya.
Luntungan menilai, keberangkatan kontigen sekolah mewakili Minut terkesan dipaksakan karena tidak melalui seleksi dan kelihatan seperti pelesir karena tidak melalui perencanaan yang matang.
“Pemkab dan dekab diharapkan menseriusi hal ini. Pihak dinas harus tahu kegiatan semua sekolah khususnya kalo agenda keluar daerah. Kan lucu acara di Minut tidak ikut, tapi di Bali dipaksakan ikut. Sekolah harus punya program yang jelas jangan cuma ikut-ikutan. Kalau tidak punya anggaran tidak usah dipaksakan untuk membebani orang tua murid apalagi dengan hanya menyeleksi orang tua murid yang berduit dan bukan karena prestasi untuk ikut kegiatan sekolah,” sindir Luntungan.(findamuhtar)
Baca juga:
Ikut Festival Mapalus di Bali, SMPN 1 Airmadidi Diduga Tagih Rp4,3 Juta per Siswa