Manado – Indonesia bakal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, para pelaku usaha keluhkan kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut, pasalnya masih banyak pelaku usaha di Sulut minim persiapan dalam menghadapi arus global tersebut.
“MEA sudah didepan mata, apakah para penggiat ekonomi di Sulut siap menghadapinya?, sepertinya minim persiapan. Hal tersebut tak lepas dari perhatian Pemerintah Provinsi yang masih kurang. Dari penguasaan bahasa Inggris dan Etos Kerja para penggiat ekonomi lokal masih rendah,” kata salah satu penggiat Ekonomi Sulut, Gino Kumontoy kepada BeritaManado.com.
Dirinya berharap, Pemerintah memaksimalkan sisa waktu yang ada dalam menghadapi MEA 2015 dapat melatih para pelaku usaha terutama soal standart service customer melalui penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi Internasional serta Etos Kerja warga Sulut.
Untuk diketahui, dalam MEA ini terdapat 12 prioritas yang disebut free flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil) yang disepakati bersama seluruh negara-negara ASEAN yakni perawatan kesehatan, turisme, jasa logistik, e-Asean, jasa angkutan udara, produk berbasis agro, barang-barang elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, otomotif dan produk berbasis kayu. (Baca: Jelang MEA 2015, SDM dan Perda Kota Manado Perlu Dimatangkan). (risat)
Baca juga:
- Kurang Berbicara MEA 2015, Masyarakat Pertanyakan Sikap Gubernur
- Jelang MEA 2015, SDM dan Perda Kota Manado Perlu Dimatangkan
- Siapkah Minahasa Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN?
- ‘Manado Perlu Perda Perlindungan Pengusaha dan Tenaga Kerja Lokal’
- Jelang MEA, Basis UKM Harus Diperkuat
- Pemprov Sulut tak Siap Menyambut MEA 2015
- Sambut MEA, Hanny Joost Pajouw Ingatkan Perlu Peningkatan SDM dan Infrastruktur