Bambang Haryo Soekartono
Bitung – Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MAE) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) takkan berjalan lancar di Sulut dan di Kota Bitung. Mengingat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) indutri yang diterapkan Pertamina terlalu memberatkan pelaku industri.
“MEA dan KEK akan sangat sulit berkembang di Sulut dan Kota Bitung karena mahalnya harga BBM untuk industri,” kata salah satu anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo Soekartono beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke Kota Bitung.
Ia mengatakan, harga BBM industri jenis solar dipatok sebesar Rp11.360 per liter oleh Pertamina. Padahal sesuai aturan Menteri ESDM, harga BBM non subsidi hanya beda Rp1000 dengan harga BBM subsidi.
“Jika harga BBM subsidi jenis solar Rp6.400 maka otomatis harga BBM non subsidi atau indistri hanya Rp7.400 sesuai peraturan Menteri ESDM,” katanya.
Dengan harga Rp11.360 per liter kata Soekartono, maka para pelaku industri sangat sulit untuk bersaing dengan industri luar negeri karena mahalnya harga BBM. Dan hal itu harus diberi perhatian agar tujuan MEA dan KEK bisa berjalan lancar tanpa hambatan.
“Menteri ESDM harus meninjau lapangan agar tahu harga yang diterapkan Pertamina di lapangan tak sesuai aturan,” katanya.(abinenobm)