MANADO – Tanggapan miring soal pembangunan Rumah Sakit (RS) Pendidikan Unsrat, makin banyak dan beragam. Mulai dengan sorotan terkait kejelasan dokumen analisis masalah dampak lingkungan (AMDAL), kejelasan IPAL, Indikasi korupsi dana pembanguanya hingga persoalan aspek manfaat RS bagi seluruh Sivitas Akademika Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kepada beritamanado 9/3/11 sejumlah mahasiswa dari beberapa fakultas yang namanya tidak mau diekspous menyatakan, keberatan dan penolakanya terhadap pembangunan RS Unsrat.
Mereka menilai pembangunan RS Unsrat tidak akan memberi manfaat yang signifikan bagi sivitas akademika, malah pembangunan RS ini telah memberatkan mahasiswa, terbukti pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), misalnya Sumbangan Mahasiswa baru dan SPP yang naik hingga 40 persen,dan itu berlaku untuk semua fakultas, belum lagi tambahan beberapa pungutan yang dinilai tumpang tindih dan tidak rasional, seperti totion fee dan biaya ujian yang sampai saat ini banyak dipertanyakan dan ditentang mahasiswa.
Perlu diketahui total pendanaan pembangunan RS Unsrat diperkirakan akan mencapai 250 miliar, dan enam puluh persenya bersumber dari dana PNBP Unsrat sedangkan empat puluh persenya bersumber dari APBN melalui direktorat jenderal pendidikan tinggi (Dirjen Dikti).
“Karena alasan-alasan itulah kami menolak pembangunan RS Unsrat, kami berharap Unsrat tidak menjadikan kami sebagai sapi perahan untuk menghimpun dana buat pembangunan fasilitas pendidikan yang belum tentu bisa kami rasakan” ujar sumber.
Saat dikonfirmasi ke-pihak Unsrat, lewat Humas Unsrat Daniel Pangemanan, S.H. Menjelaskan bila saat ini ada 15 perguruan tinggi negeri yang mendapat pengembangan RS Tiching Hospital University, termasuk UNSRAT MANADO.
“Jadi janganlah menghalangi pembangunan RS ini, ini kan kepentingan nasional, karena telah masuk dalam program nasional lewat Dikti” ujar Pangemanan. (sa)