Tondano, BeritaManado.com – Perang Israel melawan kelompok militan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, menimbulkan kerugian besar bagi kedua negara.
Konflik tersebut pecah usai serangan tanggal 7 Oktober 2023 oleh kelompok Hamas yang melancarkan invasi dan serangan besar-besaran terhadap Israel kemudian disusul balasan hujan roket ke jalur Gaza oleh Israel.
Akibat perang tersebut, korban tewas di Gaza, Palestina meningkat menjadi 9.000 orang dan di Israel tak kurang dari 1.400 orang meninggal dunia, sementara 200-an lainnya disandera Hamas.
Kondisi ini semakin miris ketika masyarakat sipil ikut menjadi korban perang, khususnya kaum rentan, perempuan dan anak.
Hal ini ikut menjadi perhatian komunitas Yahudi di Sulawesi Utara.
Bersama-sama para tokoh agama lainnya dari Indonesia Interfaith Forum (IIF), penganut Yudaisme di Sulut, menggelar ‘Doa untuk Perdamaian di Israel dan Gaza’ bertempat di Sinagoga Sha’ar HaShamayim, Tondano, Minahasa, Jumat (3/11/2023).
Acara doa lintas agama tersebut diadakan atas inisiatif Sha’ar HaShamayim Synagogue dengan Indonesia Interfaith Forum (IIF), dimana para anggota board dari IIF turut hadir menjadi perwakilan dari agama masing-masing, seperti Islam Ahmadiyyah, Gus Durian, Kristen Orthodox, Kristen Anglikan, Bahai, Lalang Rondor Malesung (LAROMA), Budha dan juga beberapa warga Belanda yang hadir sebagai tamu.
“Kita semua berkumpul untuk mengetuk hati Tuhan Yang Maha Esa agar kiranya bisa menghentikan perang yang terjadi saat ini,” ujar Toar Palilingan Junior alias Yaakov Baruch selaku pimpinan Sinagoga Sha’ar Hashamayim, Tondano kepada BeritaManado.com.
Sebagai informasi, penganut Yudaisme di Indonesia sudah ada sejak jaman Belanda, namun sampai saat ini hanya ada satu sinagoga di Indonesia yaitu di Sulawesi Utara.
Terpisah, Koordinator IIF Sulut sekaligus Ketua LAROMA, Iswan Sual mengimbau masyarakat agar bijak merespon berita tentang Israel dan Gaza serta mengutamakan ujaran-ujaran perdamaian.
“Semoga ini jadi inspirasi bagi seluruh masyarakat turut serta mendoakan agar perdamaian segera terlaksana. Semua pihak harus berperan dalam perdamaian. Karena urusan kemanusian adalah urusan kita bersama,” ujar Presiden Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia Sulut ini.
(Finda Muhtar)