Manado, BeritaManado.com – Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) mengadakan Talk Show dengan judul “Nuwu’I Tu’a” Menghidupkan Kembali Tradisi Lisan Minahasa, Minggu (29/8/2021).
Talk show yang digelar secara daring dengan menggunakan aplikasi zoom ini, dipandu oleh Pdt. Treisje Mambo dan Sonya Sinombor, dengan narasumber Drs. Fendy Parengkuan yang merupakan ahli budaya dari Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado, Dr. Donna Sampaleng, M.Pd.K., D.Th yang merupakan dosen tetap, Kepala LPPM STT IKAT dan juga Ketua 2 di STT IKAT Jakarta, dan Dr. Meiske Liando, S.Pd., M.Pd yang adalah dosen FIP dan Kaprodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Manado (UNIMA).
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP KKK, Dr. Ronny Franky Sompie, S.H., M.H meberikan dua kalimat yang merupakan kata-kata mutiara.
“Pertama, Masa depan bukan menjadi torang pe takdir, torang kase tanah hari ini, eso torang kase pupuk, kong depe lusa baru torang dapa. Yang kedua, Cuma sadiki skali yang sampe di puncak karir, bukang lantaran dorang yang paling hebat mar komang dorang ndak pernah berenti berusaha,” ungkap Ronny.
Lebih lanjut dikatakan Ronny dalam akhir sambutannya, mari kita bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang.
“Kalo torang bersyukur, maka torang akan dapa lebe banyak. Kalo torang cuma pikir apa yang torang belum punya, maka torang ndak akan pernah rasa cukup,” kata Ronny.
Putri Kapoh, yang merupakan salah satu kontributor cerita pada talk show membawakan cerita berjudul “Beking Gohu” yang merupakan ciptannya sendiri yang berisikan juga nasihat-nasihat para orang tua dulu dengan menggunakan Bahasa daerah Tontemboan.
Kepada BeritaManado.com mengatakan bahwa diskusi-diskusi dengan tema seperti Nuwu’I Tu’a ini sangat bagus karena mengingatkan kembali kepada kita bahwa banyak sekali pesan-pesan, nasihat-nasihat bijaksana dari orang-orang tua dulu yang secara tidak sadar sangat berpengaruh pada eksistensi hidup kita sekarang dan yang akan datang.
“Apa lagi sekarang banyak anak-anak muda yang sudah tidak tahu bahasa daerah, penting sekali untuk diingatkan dan hidupkan kembali. Nah diskusi-diskusi seperti tadi jadi salah satu ruang untuk mengingatkan dan mendorong kita untuk mengadopsi nilai-nilai baik dari nasihat-nasihat bijak orang tua dulu atau Nuwu I Tua,” ucap Putri.
Salah satu nasihat yang dikatakan Putri dalam ceritanya adalah “Ma’ajarlah maka leos, pedon ta dei pa bodo-bodoken ne tou”, yang artinya “Belajarlah dengan sungguh/baik supaya, orang tidak mudah membodohi kita”.
Menurut Putri, dari satu nasehat itu ada banyak pesan/ makna yang kita bisa ambil:
- Menjadi Spirit bagi generasi hari ini untuk sekolah/mengenyam pendidikan semaksimal mungkin.
- “Ma’ajarlah maka leos” pesan yang mengingatkan kita bahwa pendidikan/ proses belajar itu berlangsung terus menerus/ sepanjang masa.
- Dorongan untuk mencapai hidup yang merdeka/ menjadi orang merdeka/ tidak terjajah/ tidak mudah dibodohi
- Peringatan agar tidak membodohi orang lain. Membodohi orang adalah tindakan tak terpuji, maka itu harus di jauhi.
- Motivasi untuk Mamuali Tou wo Tumou tou.
- Pendidikan membantu kita untuk Menjadi Versi terbaik diri kita.
(Milton Pantouw)