Jakarta – Peringatan hari Lymphoma dunia tanggal 15 September 2017 lalu, Cancer Information and Support Center (CISC) menggelar acara di kawasan Menteng Jakarta Pusat.
Acara itu merupakan hasil kerjasama antara Cultural Affairs Office US Embassy Jakarta bersama dengan CISC Jakarta dan merupakan bagian program dari Kedutaan Besar Amerika Serikat dengan tujuan mempertemukan seorang ahli dari AS dengan komunitas relevan di negara-negara lainnya.
Acara itu menghadirkan mantan atlet dan pesepakbola profesional sekaligus seorang survivor penyakit kanker, Ethan Zohn.
Baca: Peringati Hari Limphoma Dunia, Bintang TV AS Ethan Zohn Kunjungi Indonesia
Ketua Umum CISC, Aryanthi Baramuli Putri, berharap agar kedatangan Ethan Zohn ini dapat meningkatkan kerjasama dalam bidang informasi kesehatan, serta dapat mempererat dukungan moral antara para penderita kanker di kedua negara.
Menurutnya, CISC adalah suatu komunitas yang bertujuan untuk menjadi wadah bagi para penderita kanker, untuk saling bertukar cerita dan informasi, serta untuk memberikan support bagi para penderita kanker.
“CISC pertama kali didirikan pada tahun 2003, anggotanya pun tidak semuanya adalah penderita kanker. Ada juga para survivor (orang-orang yang telah sembuh dari kanker, red) dan relawan yang selalu siap memberikan support bagi para penderita kanker lain,” jelas Aryanti.
Sementara itu, Ethan adalah mantan pesepakbola profesional di Afrika. Dengan gaya hidup yang sehat dan menjauhi rokok, tentu kabar Ethan terserang kanker menjadi suatu misteri tersendiri.
Bermula dari tahun 2009, saat itu Ethan mengeluhkan kulit gatal yang tidak berhenti walaupun sudah mencoba banyak metode untuk mengobatinya.
“Tidak ada yang dapat mendiagnosa ini penyakit apa. Saya ke dokter, coba krim, tapi tetap tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada diriku,” keluh Ethan.
Bingung selama empat bulan, akhirnya Ethan bisa mengetahui apa yang terjadi padanya. Ternyata dirinya terdiagnosa hodgkin’s limphoma stadium 2B. Dari rontgen ditemukan massa mediastinal sebesar 12,2 cm.
“Aku sudah menjalani 12 kemo berbeda, beberapa radiasi juga. Ini adalah masa yang sangat menakutkan dan kesepian, tubuhku sendiri melawanku. Aku tidak bisa tidur atau makan. Tidak ada energi, aku tidak bisa tidur, rambutku rontok,” tutur Ethan menceritakan.
Namun bukan berarti Ethan menyerah begitu saja. Bahkan semangatnya bertambah dengan memutuskan untuk mempungkas rambutnya sebelum dokter menyarankan untuk kemoterapi. Ethan mengaku, dirinya yang harus mengatur kehidupannya, bukan virus kanker.
Dengan saran dari dokter terhadap satu titik dalam perjuangannya, Ethan melakukan transplantasi stem cell yang bersumber dari tubuhnya sendiri. Usaha kerasnya membuahkan hasil karena setelah itu Ethan sukses dinyatakan sembuh meski tidak berlangsung lama. Sekitar 20 bulan, tepatnya di tahun 2011, kanker kembali muncul dalam tubuhnya.
“Ketika terkena untuk kedua kali, rasanya benar-benar lebih buruk dari sebelumnya. Kalau yang pertama terdiagnosis bisa radiasi dan kemo, kalau sekarang bisa apa lagi,” tutur Ethan menambahkan.
Sebagai seorang yang telah sukses mengalahkan kanker, Ethan ingin berbagi cerita sekaligus memberikan informasi pada para penderita kanker lain terkait pengobatan yang pernah dijalaninya, yakni transplantasi steam cell.(***/rds)