Tombulu, BeritaManado.com – Penyangkalan keIlahian Yesus Kristus sudah ada sejak gereja mula-mula sampai saat ini masih menjadi bola panas kekristenan.
Demikian khotbah Pdt. Welly Pudihang STh, ketika memimpin ibadah Natal, 25 Desember 2018 di GMIM Alfa-Omega Rumengkor.
Pembacaan alkitab, Yohanes 1: 9-13, Firman yang telah menjadi manusia.
“Sejak lama memang Injil sulit diterima. Yohanes menggunakan kata kata perlawanan yaitu terang dan gelap untuk meyakinkan orang-orang yang tidak percaya Yesus Kristus adalah Tuhan,” jelas Pdt. Pudihang.
Lanjut Pdt. Welly Pudihang, perayaan Natal saat ini di tengah dinamika politik saling memfitnah untuk melumpuhkan orang lain. Merayakan Natal di tengah pergumulan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Merayakan Natal di tengah pengalaman banyak orang yang terluka hati karena perlakuan kasar. Iri hati dan dengki menjadi penghalang merayakan Natal,” terang Pdt. Pudihang.
Pdt. Welly Pudihang mengingatkan jemaat agar pada Pemilu 2019 memilih Parpol yang membela hak-hak rakyat kecil dan melindungi kaum minoritas.
“Gereja tampil terdepan menyuarakan perdamaian. Memberitakan kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus,” tutur Pdt. Pudihang.
Lanjut Pdt. Welly Pudihwng, gereja yang hidup adalah gereja yang melaksanakan otoritas Allah, mengasihi sesama manusia.
“Gereja harus peduli pada penderitaan orang lain yang mengalami penderitaan dan menjadi berkat bagi semua orang,” tandas Pdt. Pudihang pada ibadah yang ikut dimeriahkan pujian Natal dari penyandang tunanetra, Yapson Tindatu.
Hadir di ibadah, Pdt. Veronika Sendow STh, wakil ketua BPMJ Pnt. Jopie Warbung, sekretaris Pnt. Drs. Dolvie Palit, bendahara Sym. Dra. Meiske Pangemanan, Pelsus Kolom 1 sampai Kolom 14 serta ratusan jemaat.
(JerryPalohoon)