Tondano, BeritaManado.com — Kenakalan remaja di Kabupaten Minahasa yang terjadi di bulan Desember 2021 ini semakin memprihatinkan saja.
Bagaimana tidak, hal itu justeru terjadi di saat umat Kristen sedang dalam persiapan menyambut Hari Raya Natal, memperingati kelahiran Yesus Kristus.
Informasi yang diperoleh BeritaManado.com, kasus kenakalan remaja dibuka dengan pengeroyokan yang terjadi di kompleks pekuburan wilayah kelurahan Wawalintouan, Tondano Barat yang melibatkan pelaku maupun korban dari kalangan usia remaja.
Berselang sekitar lima hari, kedian serupa terdeteksi terjadi di kompleks Taman Kota Kecamatan Tondano Barat.
Tiga hari kemudian, terjadi juga pengeroyokan dengan korban anak usia remaja di dua lokasi berbeda, yaitu di Desa Kembuan Tondnao Utara dan dekat Gereja PNIEL Watulambot Tondano Barat.
Jumat (10/12/2021) di kompleks SMA N 1 Remboken terjadi lagi pengeroyokan anak SMA, dimana kejadian tersebut saat ini sedang ditangani pihak kepolisian maupun Assesor Rehabilitasi Narkoba dan Penanganan Kasus Korban Kekerasan Perempuan dan Anak Meifa Warokka.
Kepada BeritaManado.com, Minggu (12/12/2021), Meifa Warokka yang kini tidak bisa lagi menjalankan Pprogram Pelayanan Kesehatan Remaja karena dipindahtugaskan dari Puskesmas Koya sebagai percontohan penanganan kasus-kasus yang melibatkan perempuan, anak dan remaja ini tidak merinci kronologis kejadiannya.
Ia hanya mengatakan bahwa hal itu bukan kewenangannya menyampaikan detail kejadian seperti itu ke publik.
“Dalam kasus ini, saya hanya melakukan apa yang menjadi bagian dari tugas saya sebagai Assesor Rehabilitasi Narkoba dan Penanganan Kasus Korban Kekerasan Perempuan dan Anak. Yang luka saya berikan perawatan medis, yang mengalami trauma dilakukan penanganan dengan bantuan psikolog. Intinya bahwa saya menangani kasus seperti ini sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab sebagai assessor,” ungkap Meifa Warokka.
Dari sekian banyak kasus narkoba maupun kenakalan yang melibatkan anak-anak usia remaja, saya menemukan adanya indikasi faktor keluarga, dimana baik korban maupun pelaku seperti kehilangan jati diri di dalam lingkungna keluarga.
“Di saat seorang remaja kehilangan jati diri di dalam sebuah keluarga, maka ia akan mencoba mencari ruang untuk mengekspresiikan potensi diri yang ada. Parahnya, jika yang bersangkutan menemukan jalan yang salah, dimana pengaruh negatif cukup mendominasi pembentukan karakternya. Maka tak heran, jika telah berada satu komunitas dengan anak-anak yang mengalami nasib serupa, maka berpeluang besar akan menciptakan suatu ancaman terhadap kaum remaja sendiri,” ungkapnya.
Menurut Meifa Warokka sendiri, ibarat sebuah film layar lebar, apa yang sudah terjadi tidak bisa diputar kembali.
“Yang bisa kita lakukan saat ini adalah memperkuat relasi antara sesama anggota keluarga, orangtua terhadap anak, demikian juga sebaliknya. Ini mungkin tidak menjamin seratus persen, namun masih lebih baik, daripada perilaku orangtua yang hanya sibuk dengan pekerjaan dan minim memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap anak-anaknya. Kasus ini juga banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya Meifa Warokka.
Lebih jauh dikatakannya, bahwa kejadian-kejadian yang sempat viral di media sosial tersebut katakanlah hanya sebagai ilsutrasi atau terjadi bukan di Minahasa, namun tetap saja menjadi peringatan buat kita yang ada di Minahasa untuk menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap anak-anak kita.
“Memberikan kasih sayang tidak selamanya harus dengan materi. Menyediakan sarapan saat anak hendak ke sekolah, mengajak doa bersama pada saat-saat tertentu hingga makan bersama dalam satu meja adalah contoh sederhana membentuk karakter anak yang berorientasi pada keluarga dengan kebiasaan-kebiasaan baik. Saya pribadi berharap kejadian seperti itu tidak akan terjadi lagi di tahun 2022 mendatang,” harapnya.
Selain dari lingkungan keluarga, hal yang turut mempengaruhi seorang anak memiliki karakter tidak baik yaitu karena pergaulan yang buruk, sehingga bisa merusak kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam diri seorang anak.
Sebagai Assesor yang menangani permasalahan narkoba dan dampak kenakalan remaja, Meifa Warokka mengharapkan di tahun-tahun yang akan datang, upaya penanganan kiranya lebih terpadu lagi, dalam arti terdapat kerja sama lintas instansi terkait.
Tidak hanya itu, semoga juga kelak akan ada program-program untuk menunjang pembentukan karakter remaja Minahasa menjadi semakin baik dari saat ini, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan perkembangan teknologi, tren pergaulan dan lain sebagainya yang dapat menyeret pribadi seorang remaja ke hal-hal yang dapat merusak masa depan
(Frangki Wullur)