Manado – Hampir tiga minggu lamanya 10 WNI menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf Filipina. Dalam penantian, keluarga kapten Tugboat Brahma 12 milik PT Patria Maritim Line ini mengaku menyimpan kekecewaan atas apa yang terjadi di Filipina.
Kepada BeritaManado.com, ayah Kapten Kapal, Charlos Barahama mengatakan, harusnya perang bukan solusi. “Sebenarnya, keluarga berterima kasih karena sudah ada usaha pembebasan. Tapi masih ada keraguan atau kekhawatiran, jangan-jangan para sandera ini akan menjadi korban. Kami meragukan penyerangan yang sedang terjadi. Kami lebih pilih upaya lewat negosiasi daripada penyerangan. Kalau negosiasi tidak berhasil, maka penuhilah saja permintaan tebusan mereka,” ujar Charlos, Senin (11/4/2016).
Lanjutnya, ucapan terima kasih yang ada tertutupi oleh kekecewaan keluarga. Apalagi, hingga saat ini selain pihak pemerintah provinsi Sulawesi Utara belum juga mengunjungi keluarga kapten kapal, pihak PT Patria Maritim Line selaku pemilik kapal juga belum menghubungi keluarga.
“Dari perusahaan sendiri belum menghubungi keluarga. Kami justru sudah berinisiatif untuk menghubungi perusahaan tapi telpon kami tidak diangkat dan hingga kini tidak ada balasan,” kata Charlos. (srisurya)
Manado – Hampir tiga minggu lamanya 10 WNI menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf Filipina. Dalam penantian, keluarga kapten Tugboat Brahma 12 milik PT Patria Maritim Line ini mengaku menyimpan kekecewaan atas apa yang terjadi di Filipina.
Kepada BeritaManado.com, ayah Kapten Kapal, Charlos Barahama mengatakan, harusnya perang bukan solusi. “Sebenarnya, keluarga berterima kasih karena sudah ada usaha pembebasan. Tapi masih ada keraguan atau kekhawatiran, jangan-jangan para sandera ini akan menjadi korban. Kami meragukan penyerangan yang sedang terjadi. Kami lebih pilih upaya lewat negosiasi daripada penyerangan. Kalau negosiasi tidak berhasil, maka penuhilah saja permintaan tebusan mereka,” ujar Charlos, Senin (11/4/2016).
Lanjutnya, ucapan terima kasih yang ada tertutupi oleh kekecewaan keluarga. Apalagi, hingga saat ini selain pihak pemerintah provinsi Sulawesi Utara belum juga mengunjungi keluarga kapten kapal, pihak PT Patria Maritim Line selaku pemilik kapal juga belum menghubungi keluarga.
“Dari perusahaan sendiri belum menghubungi keluarga. Kami justru sudah berinisiatif untuk menghubungi perusahaan tapi telpon kami tidak diangkat dan hingga kini tidak ada balasan,” kata Charlos. (srisurya)