Manado, BeritaManado.com — Innovation and Entrepreneurship Center (IEC) Business Incubator Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) tidak hanya sukses menjadi fasilitas tempat usaha bagi para mahasiswa, namun juga sukses membentuk mental mahasiswa sebagai pengusaha muda.
Setidaknya hal itu berlaku bagi mereka yang tetap konsisten dan tak pernah berhenti belajar untuk menjadi pengusaha sukses.
Dr Olivia Syanne Nelwan SE MSi kini dipercaya menjabat Kepala Kordinator Pusat Kewirausahaan Unsrat.
Diketahui, untuk bisa menjadi salah satu tenant di IEC Business Incubator Unsrat, terdapat sejumlah syarat dan tahapan yang harus dilewati.
Mulai dari yang bersangkutan haruslah mahasiswa Unsrat yang sudah atau sedang merintis usaha, lalu mengajukan proposal bisnis sebagai tim.
Bagi tim yang berhasil melewati penilaian proposal, masih harus melalui tahapan selanjutnya yaitu tes wawancara yang diuji langsung oleh sejumlah pihak, termasuk Rektor Unsrat.
Mereka yang lulus kemudian akan mendapat SK bersama yang menandakan bahwa yang bersangkutan berhak berjualan di lokasi tersebut dengan waktu sesuai yang tertera di SK.
Jika lulus, maka sejumlah keuntungan dapat diperoleh mahasiswa sebagai tenant, yaitu gratis tempat berjualan sehingga mahasiswa hanya fokus pada berjualan dan pengembangan bisnis.
Setiap tenant hanya menyiapkan partisipasi untuk kebersihan dan keamanan Rp50 ribu per minggu atau Rp200 ribu per bulannya.
Dari pantauan BeritaManado.com pada beberapa kali kesempatan, IEC Business Incubator Unsrat ini sangat ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, terutama di jam istirahat atau sela-sela jam kuliah.
BeritaManado.com pun menemukan sejumlah fakta menarik saat berkunjung ke sejumlah tenant, diantaranya, para mahasiswa yang jualan terdiri dari berbagai fakultas yang ada di Unsrat, omzet per hari bisa mencapai Rp1 jutaan.
Satya Djie, mahasiswa Fakultas Hukum semester 9 merupakan pemilik dari usaha DBee Risol yang ternyata diproduksi sendiri.
Meski disibukkan dengan kuliah, tapi Satya tetap konsisten berdagang dari Senin-Jumat, dengan hasil produksi yang harus dibawa dari Paniki ke Unsrat setiap harinya.
Hasilnya, Satya mampu meraup omzet Rp1 juta bahkan bisa lebih setiap harinya.
Kelancaran Satya dalam menjalankan usahanya juga tidak lepas dari fasilitas yang disiapkan pihak pengelola, yaitu kebersihan dan keamanan disiapkan, sementara para tenant hanya menyiapkan Rp50 ribu per minggu.
“Tentu kami tidak keberatan dengan jumlah itu karena tidak ada pungutan lain di sini, seperti sewa dan lainnya. Partisipasi itu juga untuk memudahkan kami, jadi dibanding omzet itu sangat terjangkau, tentu tidak masalah,” ujar Satya, Kamis (31/8/2023).
Satya pun telah mengajukan proposal untuk tetap bisa berjualan di lokasi tersebut dan berharap dirinya dapat diakomodir.
Apalagi, dari 30 tenant selaku penerima SK bersama, tidak semua yang secara rutin berjualan setiap hari.
Ada beberapa yang tidak berjualan setiap hari karena berbagai kendala seperti modal usaha, tenaga kerja jika sedang sibuk kuliah dan lainnya.
“Selain tentu berharap diakomodir, kami berharap pihak kampus juga bisa memfasilitasi kami untuk ikut dalam bazaar atau expo sehingga dapat memperluas pasar dan relasi,” kata Satya.
Keuntungan lainnya dapat berjualan di IEC Business Incubator Unsrat ini juga dirasakan oleh Defray Tompunu dengan usaha burger miliknya dan tim.
Defray mengaku senang dengan manajemen dan pengelolaan yang ada saat ini karena bebas dari pungutan sehingga kemungkinan untuk mendapat untung lebih itu tentu besar.
Tidak adanya pungutan sewa tempat, listrik, air dan lainnya tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi para tenant.
“Kami ingin tempat ini selalu terjaga dan ramai karena kami dapat penghasilan dari sini. Kami jadi mandiri, bukan hanya sebagai pengusaha muda tapi juga sebagai mahasiswa dan anak. Jadi punya uang atas usaha kerja sendiri dan tidak membebankan orang tua tentu suatu kebanggaan,” kata Defray.
IEC Business Incubator tidak hanya bisa dikunjungi oleh mahasiswa Unsrat, tapi boleh siapa saja. Aneka makanan, minuman dan jajanan lain yang ditawarkan murah meriah sehingga cocok bagi kantong pelajar dan mahasiswa.
Pujian lain datang dari Swingly, alumni FISIP Unsrat yang sewaktu masa penyelesaian skripsi sering makan siang di lokasi.
“Bagus sini, murah, bersih. Jadi sambil menunggu lalu, dari FISIP datang makan atau jajan di sini. Bagus ini ada terus, selain belajar, teman-teman juga bisa cari uang sendiri untuk kuliah dan biaya hidup, sementara untuk kami, dapat tempat makan minum murah dekat fakultas,” kata Swingly.
(srisurya)