MINSEL – Setidaknya dalam kurun dua bulan terakhir ini, ada seorang warga Minsel yang mungkin karena ketokohannya hampir setiap waktu berbicara tentang cinta dan kasih sayang Tuhan. Kalimat-kalimatnya meneduhkan dan menenteramkan siapa pun yang membacanya. Tetapi tiba pada persoalan politik, yang keluar justru pernyataan-pernyataan keras yang bertendensi menyerang hingga memfitnah.
Menghadapi serangan-serangan kampanye negatif yang semakin membabibuta tersebut, Tetty Paruntu (PANTAS) justru mengambil sikap rendah hati. Ia meminta supaya tim sukses, pendukung, dan simpatisannya tidak terpancing untuk ikut-ikutan berkampanye negatif. Ia meminta mereka supaya hanya menyampaikan fakta-fakta dan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat. Bagaimanapun menurut Tetty, pemilukada merupakan ajang pendidikan politik dan semua pemimpin masyarakat perlu memberikan teladan yang benar.
“Ini pertanda posisi PANTAS semakin kuat karena dukungan masyarakat Minsel dan partai-partai besar terpusat ke PANTAS. Pendukung dan simpatisan PANTAS tidak usah menanggapi atau membalas black campaign tersebut. Kita ampuni dan doakan mereka,” kata Tetty Paruntu.
Memang benar, Jumat (8/10) usai penandatanganan Deklarasi Damai, tiga kekuatan besar di Minsel menyatakan dukungan terbuka kepada Tetty Paruntu. Mereka adalah Johny RM Sumual (calon bupati Partai Demokrat), Farry Freike Liwe (calon bupati yag diusung PDIP) dan PDP beserta partai-partai pengusung calon bupati Profesor J.J. Lombok. Di kesempatan lain, Andry Harits Umboh (calon bupati dari jalur independen) juga menegaskan dukungannya untuk kemenangan PANTAS.
“Partai Demokrat akan berusaha untuk menangkan PANTAS. Itu sudah pasti karena ada rekomendasi DPP. Untuk itu, kader dan pengurus PD wajib memenangkan PANTAS,” ujar Sumual yang di putaran pertama meraih 14.216 suara (11,54 persen).
“Saya mendukung pasangan PANTAS karena komitmen Ibu Tetty dan Pak Sonny Tandayu membangun Minsel,” ujar Liwe, calon bupati yang diusung PDIP dan di putaran pertama meraih 22.376 suara (18,6 persen).
Berikutnya, seperti ditulis salah satu harian di Sulut (9/10), Ketua Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Donal Toloh menyatakan alasan dukungannya kepada PANTAS.
“Bukan hanya komitmen Pantas yang jelas untuk masyarakat, tapi juga (karena PANTAS) punya kepekaan sebagai ibu yang bijak pada masyarakat,” tutur Toloh, yang pada putaran pertama, calon yang diusung (Prof. J.J. Lombok) meraih 17.272 suara (14,02 persen).
Sementara itu, Andry Harits Umboh (Harum), tokoh muda Minsel yang di putaran pertama maju melalui jalur independen, juga tegas menyatakan dukungannya kepada PANTAS. Andry bertutur, sikapnya adalah menunggu pasangan mana yang benar-benar membutuhkan dukungan darinya. Ternyata, hanya PANTAS yang datang dan mendiskusikan dukungan dengannya. “Saya menghargai niat tulus mereka meminta dukungan saya ‘secara langsung’. *No* kurir…! Jadi, saya berusaha memenangkan PANTAS dengan cara Harum…. Tanpa pamrih!” tutur Andry yang mampu meraih 4.143 suara (3,36 persen).
Apabila perolehan suara PANTAS (31.982 suara atau 25,96 persen) di putaran pertama lalu digabung dengan ketiga perolehan calon bupati lain (Johny Sumual, Farry Liwe, Andry Umboh), ditambah suara partai pengusung Prof. J.J. Lombok bisa dipertahankan, maka di atas kertas PANTAS berkemungkinan meraih 73,03 persen suara. Suatu angka kemenangan mutlak. Akan tetapi, Tetty Paruntu tetap meminta semua pendukungnya untuk jauh lebih waspada dibanding pemilukada putaran pertama.
“Dukungan masyarakat dan kekuatan-kekuatan politik kepada PANTAS sudah jelas-jelas sangat besar. Tetapi, kita tidak akan meraih kemenangan jika kita gagal mengawasi pencoblosan dan penghitungan suara nanti. Jadi, mari gunakan hak pilih kita tanggal 14 Oktober ini, ajak semua masyarakat untuk memilih, dan kita awasi dengan ketat penyelenggaraannya,” pungkas Tetty, sembari mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada seluruh masyarakat Minsel atas dukungan mereka selama ini.[]