Airmadidi-Warga Desa Kuwil Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara (Minut) akhir-akhir ini dihantui rasa cemas.
Ini terkait kondisi jembatan darurat yang dibangun tahun 2014 kini semakin rusak dan rawan ambruk kapan saja.
Hukum Tua Desa Kuwil Hengky Runtuwene mengatakan, sejak jembatan Kuwil ambruk akibat bencana banjir Januari 2014, maka pemerintah dan masyarakat desa membangun secara swadaya jembatan darurat.
Bahan pembangunan jembatan darurat, sebagiannya dari puing-puing sisa jembatan permanen yang roboh seperti besi dan labrang, kemudian ditambah dengan beberapa lembar papan yang kekuatannya diprediksi hanya bisa bertahan selama tiga tahun.
Sayangnya, memasuki tahun ketiga sejak dibangun, bantuan jembatan permanen tak kunjung datang.
“Tahun ini adalah tahun ketiga jembatan darurat itu dibangun. Artinya sekarang jembatan tersebut bisa ambruk kapan saja dan membahayakan nyawa warga masyarakat yang lewat,” ujar Runtuwene, ketika ditemui BeritaManado.com, Rabu (22/2/2017).
Tidak hanya mengancam jiwa, terkatung-katungnya pembangunan jembatan permanen juga membuat warga mengalami kerugian materil.
Runtuwene memberi contoh adalah mahalnya harga transportasi angkutan pasir, semen, batu dan bahan bangunan dengan beban berat lainnya untuk dibawa ke Desa Kuwil.
Pasalnya, jembatan darurat hanya mampu dilewati kendaraan dengan berat 2 ton sehingga untuk kendaraan berat harus melewati jalan Desa Sampiri atau memutar sejauh 40 Km.
“Gara-gara harus memutar jauh, makanya ongkos kirim untuk bahan-bahan berat menjadi mahal. Masyarakat Kuwil sudah sangat menderita dengan kondisi jembatan ini,” ungkap Runtuwene.
Menurut Runtuwene, dalam rapat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Kalawat, sempat dibahas ada dana sekitar Rp50 M untuk pembangunan jembatan permanen, namun belakangan rencana tersebut batal berhubung ada pelaksanaan proyek Bendungan Kuwil Kawangkoan.
“Menurut info yang saya terima katanya jembatan permanen akan dibangun tahun ini, tapi ada juga yang mengatakan batal. Saya juga tidak tahu kedepan seperti apa. Saya hanya berharap, secepatnya bisa dibangun jembatan permanen karena masyarakat disini sudah sangat menderita karena jembatan rusak,” kata Runtuwene.
Lagi kata dia, kalaupun belum dapat dibangun jembatan permanen, Pemkab Minut setidaknya dapat memberikan anggaran untuk membangun jebatan darurat yang lebih baik lagi.
“Masyarakat disini rata-rata dari keluarga kurang mampu, namun masyarakat tetap mau berswadaya membangun jembatan darurat. Kalau bisa, ibu bupati Vonnie Panambunan membantu untuk membangun jembatan darurat yang lebih baik, nanti akan kami bangun jembatan yang bisa menahan beban berat sampai 25 ton sehingga mobil-mobil bermuatan berat tidak lagi memutar jauh,” harap Runtuwene seraya memprediksi, biaya untuk pembuatan jembatan darurat yang berkualitas lebih baik bisa mencapai dana sekitar Rp1 Miliar.(findamuhtar)