Airmadidi — Kamis (15/1/2015) hari ini, tepat satu tahun kejadiaan banjir bandang yang menyapu Minahasa Utara (Minut). Salah satu bukti keganasan alam saat itu adalah putusnya jembatan Kuwil yang mengisolir masyarakat setempat.
Diketahui, jembatan tersebut merupakan jalur penghubung antara desa Kaleosan dan Kuwil dengan akses desa Kolongan. Jembatan dengan panjang sekitar 60 meter itu terbawa arus kuat dan patah. Akibatnya, untuk dapat menuju pusat Kabupaten Minut, warga Kuwil harus melewati jalur jalan melintasi beberapa desa lain yang pastinya memakan waktu lebih lama.
Sangat berbeda saat melintasi jembatan Kuwil yang hanya butuh beberapa menit untum tiba di Desa Kolongan Kecamatan Airmadidi sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan.
Melky Mewengkang, salah satu warga setempat berharap secepatnya pemerintah dapat membangun jembatan yang baru.
“Tidak terasa sudah satu tahun berlalu dan belum ada perbaikan. Warga disini sangat kesulitan untuk beraktifitas baik mengurus berkas di pusat pemerintahan, pelayanan kesehatan maupun melakukan aktifitas jual beli di ibukota,” katanya, Rabu (14/1/2015).
Agar bisa melalui jalur ini, beberapa kali warga membangun jembatan darutan baik dari bambu yang diikat tali ataupun menggunakan material aluminium yang disambung. Namun, kendaraan dilarang melewati jembatan tersebut karena bisa beresiko kecelakaan.
Kabag Humas Pemkab Minut Sem Tirajoh mengatakan, pemerintah sedang mencari jalan agar jembatan permanen bisa secepatnya dibangun.
“Dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Tapi pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan pusat supaya secepatnya boleh ada bantuan,” kata Tirajoh. (Finda Muhtar)