Langowan, BeritaManado.com — Makna sebuah perayaan keagamaan Hari Raya Idul Fitri tidak selamanya diungkapkan dengan untaian kata.
Bahasa tubuh yang secara kasat mata terlihat usai pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Masjid Baiturahman Desa Amongena Satu, Rabu (5/6/2019) kemarin adalah contoh nyata ungkapan hati yang tak tertahankan.
Ada senyum, namun lebih banyak didominasi oleh tangis haru dan air mata antar sesama jamaah saat saling memberikan ucapan selamat hari raya.
Bukan kalimat panjang yang terdiri dari beberapa bait, melainkan hanya empat kata saja yang terucap disertai dengan ekspresi yang menggugah hati.
“Mohon maaf lahir batin”, itulah ucapan dan tindakan yang memaknai hari kemenangan umat Islam seluruh dunia ini.
Iamam Masjid Baiturahman Desa Amongena Satu Arifin Lamsu pun turut menunjukkan sikap kerendahan hati kepada keluarga dan sesama jamaah lainnya.
“Bagi umat Islam pada umumnya, Idul Fitri itu tidak bisa dipisahkan dengan tradisi untuk mengungkapkan sikap saling memaafkan satu sama lain. Namun sesungguhnya itu bukan hanya sekedar kebiasaan, tapi juga tuntutan dan ajaran agama yang harus terus dihidupkan sepanjang waktu,” ungkapnya.
Bahasa tubuh memang sangat tepat untuk mengaktualisasikan perasaan atau suasana hati yang diliputi oleh keinginan untuk membangun sebuah relasi yang kokoh dan dilandasi oleh ketaqwaan kepada Allah.
“Dari bahasa tubuh yang terlihat, tentu dapat menggambarkan betapa rasa kekeluargaan itu tidak bisa dipisahkan dengan ajaran agama apapun di dunia ini, termasuk Islam,” tuturnya.
Diharapkan, bahasa tubuh yang kental dengan makna religi itu terus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sampai bertemu kembali dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri di tahun-tahun berikutnya.
(Frangki Wullur)