Kepala Perum Bulog Divre Sulut Gorontalo Sabaruddin Ambrulla
Manado – Bagi masyarakat yang biasa mengkonsumsi raskin pasti bisa dengan mudah menyebutkan ciri-cirinya.
Berwarna agak kekuning-kuningan, memiliki rasa yang tawar dan bulir beras yang tidak utuh lagi adalah ciri-ciri raskin.
Apakah itu berarti raskin adalah beras yang tidak memenuhi standar?
Kepala Perum Bulog Divre Sulut Gorontalo Sabaruddin Ambrulla memberikan jawabannya.
“Perlu diketahui masyarakat, kualitas beras itu ada tingkatannya. Untuk kualitas premium, itulah beras yang bisa kita beli di supermarket atau di pasar yang warnanya putih, bulirnya utuh dan rasanya juga enak. Kalau raskin masuk kualitas medium yang warnanya kuning, bulirnya sering tidak utuh dan rasanya juga tawar. Jadi bukan masalah memenuhi standar atau tidak, tapi memang kualitasnya beda,” ujar Ambrullah.
Raskin lebih aman disimpan dalam jangka waktu panjang. Bisa sampai 8 bulan sedangkan premium hanya bisa 1 sampai 2 bulan – Sabaruddin Ambrulla
Lanjutnya, warna kuning dan rasa tawar pada raskin ada penyebabnya yang justru membuat raskin memiliki kelebihan.
“Beras kualitas premium itu diproses dengan kadar air 16% sedangkan kualitas medium seperti raskin hanya 14%. Kadar air yang kurang membuat warnanya jadi pudar, makanya raskin berwarna kuning. Dengan kurangnya kadar air, maka kulit ari pada beras akan hilang. Kulit itu yang memberi rasa manis. Makanya tanpa hal tersebut, raskin jadi tawar dan dampaknya, karena cenderung lebih kering maka lebih mudah patah.
Tapi dengan kondisi seperti itu raskin lebih aman disimpan dalam jangka waktu panjang, bisa sampai 8 bulan sedangkan premium hanya bisa 1 sampai 2 bulan, lebih dari itu akan ada kutu beras. Kalau dibilang lebih sehat untuk penderita diabetes, bisa saja karena ya itu, rasanya tawar seperti penjelasan tadi. Itu yang membuat raskin kelihatan tidak menarik, tapi justru aman dijadikan cadangan beras,” jelasnya. (srisurya)