Bitung – Kondisi infrastruktur jalan penghubung antar daerah di Sulut dianggap menghambat distribusi kebutuhan masyarakat. Mengingat, lebar jalan di Sulut tidak dipersiapkan untuk menampung angkutan besar seperti container untuk mensuplai berbagai kebutuhan masyarakat Sulut.
“Lihat saja jalan Manado-Bitung yang sempit dan setiap hari padat karena makin banyaknya kendaraan. Belum lagi jalan penghubung daerah lain yang lebarnya hanya 4 meter lebih sehingga mengahambat mobil container menyuplai barang,” kata salah satu pengusaha angkutan Kota Bitung, Piet Tumewu.
Akibatnya menurut Tumewu, harga sewa angkutan menjadi naik hanya karena faktor kemacetan yang juga berimbas pada harga barang. “Biasanya para sopir bisa melayani dua sampai tiga rit angkutan dalam sehari dari Kota Bitung ke Manado, tapi sekarang hanya satu rit saja,” katanya.
Ia sendiri berharap, Pemkot bisa menyuarakan masalah tersebut ke gubernur agar mendapat perhatian. Dan mulai melakukan pembenahan infrastruktur agar distribusi barang di Sulut tidak terhambat.
Menanggapi keluhan tersebut, Walikota, Hanny Sondakh (Hanson) berjanji untuk menyampaikan ke gubernur. Namun pihaknya juga sementara berupaya mencari solusi untuk mengatasi kemacetan yang ada di wilayah Kota Bitung yang mejadi penghambat suplai kebutuhan masyarakat.
“Khusus di Kota Bitung, kami sudah berkoordinasi dengan Polres untuk mengatasi kemacetan, seperti di wilayah Pasar Girian,” kata Hanson.
Hanson mengatakan, khusus mengatasi kemacetan di Pasar Girian, pihaknya telah mengalihkan kendaraan container melewati jalan 46 dan Manembo-nembo Bawah. “Selain itu kita berharap pengerjaan jalan tol Manado-Bitung tahun ini bisa mulai dikerjakan agar distribusi barang bisa lancar,” katanya.(enk)