Manado – Desas-desus yang menyatakan bahwa Rumah Sakit (RS) Siloam Manado sudah memfungsikan incineratornya, ternyata tidak terbukti.
Berdasarkan peninjauan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Propinsi Sulut dan BLH Kota Manado, tidak didapati alat tersebut telah digunakan.
Kehadiran tim BLH Sulut yang dipimpin Sonny Runtuwene SE Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan BLH Manado di bawah Kepala Badan Drs Josua Pangkerego MAP, disambut Direktur RS Siloam dr Hans Tambayong dan stafnya.
Tiba di lokasi, tim BLH Sulut dan Manado langsung menuju incinerator yang berada di samping RS, bersebelahan dengan IT Center. Tim BLH yang ingin mengetahui informasi tersebut, langsung diperlihatkan dengan incinerator yang terkunci. Setelah dibukakan ternyata tidak tampak adanya sisa-sisa pembakaran.
Informasi dari RS Siloam menyebutkan, pembakaran yang terjadi di incinerator itu hanya saat dilakukan pengetesan oleh kontraktor, sebelum diserahkan kepada pengguna. “Belum digunakan. Sekarang ini kami masih menggunakan incinerator di Puskesmas Minanga,” ujar dokter Hans.
Letak incinerator atau tungku pembakar sampah bersuhu tinggi milik RS Siloam menurut Pangkerego dan Runtuwene, tidak cocok di lokasi yang sekarang, karena itu keduanya menyarankan agar dipindah ke tempat yang lebih aman. “Kami menyarankan kepada mereka untuk cari lokasi lain,” jelas keduanya. (oke)
Manado – Desas-desus yang menyatakan bahwa Rumah Sakit (RS) Siloam Manado sudah memfungsikan incineratornya, ternyata tidak terbukti.
Berdasarkan peninjauan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Propinsi Sulut dan BLH Kota Manado, tidak didapati alat tersebut telah digunakan.
Kehadiran tim BLH Sulut yang dipimpin Sonny Runtuwene SE Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan BLH Manado di bawah Kepala Badan Drs Josua Pangkerego MAP, disambut Direktur RS Siloam dr Hans Tambayong dan stafnya.
Tiba di lokasi, tim BLH Sulut dan Manado langsung menuju incinerator yang berada di samping RS, bersebelahan dengan IT Center. Tim BLH yang ingin mengetahui informasi tersebut, langsung diperlihatkan dengan incinerator yang terkunci. Setelah dibukakan ternyata tidak tampak adanya sisa-sisa pembakaran.
Informasi dari RS Siloam menyebutkan, pembakaran yang terjadi di incinerator itu hanya saat dilakukan pengetesan oleh kontraktor, sebelum diserahkan kepada pengguna. “Belum digunakan. Sekarang ini kami masih menggunakan incinerator di Puskesmas Minanga,” ujar dokter Hans.
Letak incinerator atau tungku pembakar sampah bersuhu tinggi milik RS Siloam menurut Pangkerego dan Runtuwene, tidak cocok di lokasi yang sekarang, karena itu keduanya menyarankan agar dipindah ke tempat yang lebih aman. “Kami menyarankan kepada mereka untuk cari lokasi lain,” jelas keduanya. (oke)