Manado, BeritaManado.Com – Panglima IMBA, sapaan akrab Jimmy Rimba Rogi, menerima kedatangan tamu tanpa janji dengan penuh keramahan persahabatan, mengajak duduk di ruang tengah kediamannya.
Percakapan 4 mata ini berlangsung sangat “cair” alias santai dimana Panglima IMBA menciptakan suasana informal dengan sajian air mineral plus semangkok besar kolak singkong yang enak.
Demikian diceritakan pengamat politik dan pemerintahan, Taufik Tumbelaka, kepada BeritaManado.Com, ketika bertemu Panglima Imba di kediaman pribadi di Desa Wineru, Kabupaten Bolmong, Kamis (26/10/2017) pagi kemarin.
Menurut Taufik Tumbelaka, ketika berdiskusi terasa ringan namun kaya akan topik kekinian yang dimana Panglima IMBA memberi pandangan-pandangan yang sangat menarik, objektif serta tajam menyentuh beberapa substansi topik dengan bernas.
“Panglima Imba menunjukan kualitas yang selama ini jarang terlihat atau ter expose oleh publik juga berbagi pengalaman masa lalu yang sangat menarik,” ujar Taufik Tumbelaka kepada BeritaManado.Com, Jumat (27/10/2017).
Lanjut Taufik Tumbelaka, sisi politik Panglima Imba sangat jelas dengan sejumlah prinsip kuat yang terpatri jelas dalam ungkapan pandangan politiknya dan disitu tampak jelas Panglima Imba sadar sebagai pribadi yang pernah memegang posisi politik penting serta saat ini langkah politiknya (walaupun terkesan irit) namun tetap ditunggu oleh sejumlah pihak.
Sisi pemerintahan yang terungkap juga sanga menarik menarik dimana ternyata Panglima Imba berusaha menempatkan prinsip pembentukan “kabinet kerja” melalui cara yang biasa oleh “orang kampus” disebut kapabilitas dan aksebilitas tanpa kompromi.
Pandangan tentang pembangunan wilayahpun sangat menarik dimana Panglima Imba dengan “fasih” menyampaikan beberapa gagasan yang menimbulkan rasa terkejut.
“Salah satu contohnya dia menginginkan satu zona kecil terpadu antara Pusat Kota Manado atau Taman Kesatuan Bangsa sampai ke Patung Lilin menjadi kawasan khusus untuk publik, dimana di sekitar Patung Lilin ada fasilitas taman terbuka hijau yang luas lengkap dengan perpustakaan,” jelas Taufik Tumbelaka.
Bahkan konsep Patung Lilin dibuat ditengah-tengah anak tangga besar/luas sampai ke tepi laut dengan harapan masyarakat dapat membaca buku dan atau bercengkerama di tangga itu sambil menikmati matahari tenggelam.
“Berbincang santai dengan Panglima Imba selama 3 jam menjadi sangat menarik dan tidak terasa karena dia sangat menghormati lawan bicaranya,” pungkas Taufik Tumbelaka. (***/JerryPalohoon)