MANADO – Kunjungan Calon Walikota Hanny Joost Pajouw (HJP) dan Gregorius Tonny Rawung (TORAng) di beberapa kesempatan di Manado Utara beberapa waktu
lalu, mendapat sambutan luar biasa dari segenap pendukungnya. HJP disambut antusias warga saat bertemu dengannya.
Jadwal kampanye HJP bersama Tonny calon wakil walikota yang diusung Partai PDI Perjuangan dan Partai Nasdem ini, terangkai pelantikan Tim Sukses HJP-TORANG, selain dihadiri seribuan orang turut dihadiri tokoh partai lambang moncong putih, Djendrie Keintjem, Hengky Kawalo, Markho Tampi, Astried Kumentas, Stien Kambey, Jeffry Polii, Richard Sualang, Novie Lumowa, Pingkan Nuah, dan segenap kader lainnya.
Orasi politik Djendrie Keintjem menyindir pemimpin Kota Manado saat ini tak mampu memberi rasa aman kepada rakyatnya, sementara orasi Gregorius Tonny Rawung mengungkap kesenjangan terjadi karena pemerintah kurang memperhatikan fasilitas kepada rakyat, misalnya sektor pertanian, perikanan, dan tidak ada jaminan harga atas produk masyarakat.
“Harga hasil produk masyarakat tidak ada jaminan dari pemerintah. Di Manado Tua, pasirnya indah memanjang tapi perahu nelayan sangat minim. Banyak petani alih profesi, itu pertanda ada keengganan para nelayan karena tidak ada jaminan harga,” ungkap Tonny.
Sementara Calon Walikota Hanny Joost Pajouw (HJP) mengungkapkan keprihatiannya terkait masalah ketenagakerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan hak-hak masyarakat yang terabaikan. Oleh karena itu, HJP mengaku lebih condong berjuang untuk terjadinya perubahan sebesar-besarnya di Kota Manado.
“Berbagai ketimpangan yang terjadi memaksa saya bersama Pak Tonny Rawung untuk berjuang memerdekakan rakyat. Kehadiran kita disini, saya yakin karena mendukung kami berdua melakukan perubahan dan pembaharuan di Kota Manado,” kata Hanny.
Dia menegaskan, musuh besarnya bukan para calon walikota lainnya melainkan kepentingan rakyat terabaikanlah menjadi musuh terbesarnya yang harus dilawan. Tidak adanya policy (kebijakan) yang tegas soal ketenagakerjaan dari pemerintah Kota Manado telah menciptakan ketimpangan sosial. Ada orang tangani urusan sosial malahan menjadi masalah sosial.
“Urus urusan orang mati (dana duka) sudah pusing. Padahal terpenting bukan urus orang mati tetapi orang yang “setengah mati” itu yang harus lebih dulu diperhatikan. Empat tahun akan terjadi perubahan mendasar jika rakyat percayakan kami memimpin kota Manado,” ujar Hanny.
Dikatakannya, pemimpin tidak harus ditakuti, mo ancam nyanda kase raskinlah, atau mo hambat rakyat mo urus sertifikat.
“Sekarang bukan zaman lagi bekeng-bekeng tako rakyat,” tandas Hanny disambut ledak tawa dan tepuk tangan riuh warga.(ads)