Manado – Menyikapi isu pasca rapat tim formatur Musyawarah Kota XII KNPI Kota Manado yang menetapkan calon Sekretaris Harold Heydemans 4 suara dan Rahman Ismail 3 suara, justru berakibat adanya beberapa pernyataan yang dikeluarkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab terkait tidak terpilihnya Rahman Ismail sebagai Sekretaris DPD KNPI Kota Manado. Bahkan malah merembes ke masalah suka, agama, dan ras (SARA).
Dengan pernyataan seperti itu, sangatlah menunjukkan ketidakdewasaan dalam berorganisasi serta ketidakpahaman berdemokrasi. Karena merasa kalah dalam proses demokrasi di rapat tim formatur terus reaksoner dengan mencatut nama Walikota Manado GS Vicky Lumentut mengintervensi mengatasnamakan kelompok pemuda agama tertentu, menjustifikasi dan melecehkan serta mencemarkan nama baik Ketua DPD KNPI Sulut Bung Jackson Kumaat.
“Ingat perjuangan butuh pengorbanan dan pengorbanan butuh ruang komunikasi dan hubungan politik yang sepantasnya. Mau menjadi pemimpin jangan mau enak dan terima bersih harus berjuang, berkomunikasi politik dan berhubungan baik,” ujar Michael Polii ST, Ketua Koordinator Daerah (KORDA) GMNI Sulawesi Utara dalam rilis yang dikirim ke BeritaManado.com.
Sementara itu, Markus Louis Wantania SH, mantan Ketua DPC GMNI Manado yang sekarang Pengurus Pusat GMNI menilai bahwa disemua OKP diajarkan militansi masing-masing. Namun ketika faktor-faktor yang tak logis dan tak wajar seperti SARA dipublikasikan di tubuh organisasi pemuda sangatlah tak rasional dan terkesan memarginalkan elemen pemuda tersebut.
“Apalagi sudah mencatut nama Walikota Manado, GS Vicky Lumentut yang tak campur tangan dengan kemandirian organisasi pemuda yang ada di Kota manado. Nah, ini sudah menjadi ruang yang membuat adanya dikotomi, dan sangatlah jauh dari tujuan sebenarnya di KNPI,” terangnya.
Dia berharap agar elemen pemuda jangan mudah terpancing dan diadu domba oleh oknum-oknum yang tak bertanggun jawab. “Namun sebagai kader pemuda marilah kita menjaga stabilitas daerah yang kita cintai,” saran Wantania. (aha)