BeritaManado.com — Calon Presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, menghadiri acara Generasi Perintis yang membahas Arah Masa Depan Indonesia di Pos Bloc Jakarta, Sawah Besar, Jakarta, Minggu (14/1/2024).
Dalam acara itu, diperkirakan ada 1.000 anak muda yang hadir di lokasi.
Usai melakukan diskusi mengenai sejumlah hal, Ganjar menerima aspirasi dari Generasi Perintis.
Eks Gubernur Jawa Tengah itu menganggap para anak muda ini merupakan sosok yang kreatif dan mau berusaha membangun negeri.
“Itulah sebenarnya talenta-talenta anak muda yang hari ini memang perlu ruang untuk mereka bisa menyampaikan, dan saya senang, banyak sekali pertanyaan kritis yang diberikan kepada kami,” ujar Ganjar usai diskusi, melansir Suara.com jaringan BeritaManado.com.
Sementara, Co-founder Generasi Perintis, Muhammad Syaeful Mujab mengatqkan ada 150 isu kunci yang diberikan kepada Ganjar.
Berbagai isu ini dikumpulkan setelah pihaknya berkeliling selama 50 hari ke 51 kota.
150 isu kunci itu dirangkum ke tiga poin utama, yakni, meritokrasi, ruang kreasi dan inovasi yang berpihak pada semua pemuda dan bicara pembangunan pada pemuda di desa.
Lebih lanjut, di hadapan Ganjar Mujab menyebut Generasi Perintis lahir dari kekecewaan lantaran saat ini usaha dan kerja keras dari seorang pemuda tidak akan mendapat tempat selayaknya.
Sebab, pemimpin saat ini disebutnya kerap kali mendukung upaya jalur belakang demi tujuan kepentingan segelintir pihak.
“Harapan untuk mendapatkan tempat dari proses itu sirna, karena dicontohkan oleh pucuk pimpinan negara ini bahwa proses itu bisa dilewati asal punya koneksi, asal punya bekingan,” kata Mujab.
Ia pun menilai Ganjar merupakan sosok yang diharapkan bisa merubah kondisi pimpinan tertinggi dan memberikan nilai yang jauh lebih baik ketimbang saat ini kepada masyarakat.
Apalagi, katanya, Ganjar menjalani tempaan di organisasi kampus, dalam kaderisasi PDI Perjuangan (PDIP) selama bertahun-tahun dan mengabdi kepada masyarakat dengan menjadi anggota DPR RI dan Gubenur Jawa Tengah.
“Kisah ini menginspirasi kita semua bahwa bukan anak siapa-siapa bisa jadi sesuatu, dan inilah yang kita replikasi. Kami percaya bukan hanya aspirasi tapi perlu pendekatan bagi perintis yang berpihak yang kami bukan siapa-siapa, bukan darah biru,” pungkasnya.
(Alfrits Semen)