Manado – Pakar ekonomi Faisal Basri mengatakan, secara umum ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China relatif kecil.
Menurut Basri, dalam 15 tahun terakhir peranan sektor industri di Indonesia mengalami penurunan mencapai level terendah hanya 18 persen.
“Ketergantungan kepada China secara umum (sepanjang sejarah Indonesia) relatif kecil dalam kaitan dengan industri,” jelas Faisal Basri dalam diskusi Guru Gembul Chanel, pekan lalu.
Dia menambahkan, kebiasaan yang terjadi dalam suatu negara ketika peranan sektor industri mengalami penurunan, akan disertai peningkatan sektor jasa.
Semakin maju suatu negara, pengeluaran di bidang kesehatan, pendidikan, travel, asuransi dan sektor jasa lainnya mengalami kenaikkan.
“Nah, Indonesia belum menjadi negara maju industrinya sudah loyo, tidak menjadi perhatian pemerintah,” kata Basri.
Akibatnya, industrialisasi menjadi jarang dibicarakan. Pemerintah mengambil jalan pintas, bypass, sehingga keluar istilah hilirisasi.
“Di era hilirisasi ini, jalan pintas lagi diundanglah China, karpet merah, di kasih fasilitas segala macam, bahkan di kasih subsidi segala macam, bebas bayar pajak,” tukas Basri.
Ekonom senior yang juga aktivis ’98 ini, memaparkan industrialisasi adalah pembangunan yang dicirikan oleh meningkatnya peranan sektor industri dalam perekonomian, memperkuat ekonomi karena industri ibarat tulang punggung perekonomian.
“Hilirisasi bukan hal baru, seperti singkong yang dijadikan kripik, itu hilirisasi. Juga Freeport hilirisasi mencapai 95 persen, aneka tambang, timah, dan lainnya, bukan hal baru,” terang Faisal Basri. (JerryPalohoon)
