• Kongres VI GAMKI Thn. 1993
Pada Kongres GAMKI VI di Wisma Kinasih-Caringin tanggal 26-29 September 1993, terpilih kepengurusan DPP GAMKI yang baru dengan Pdt. Dicky Mailoa sebagai Ketua Umum dan Drs. Ohiao Halawa sebagai Sekretaris Umum. Kepengurusan ini memulai tugasnya dengan memikul beban masa lampau, terutama konsolidasi kepengurusan GAMKI pada aras Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GAMKI di seluruh Indonesia.
• Kongres VII GAMKI Thn. 2003
Bahkan setelah 10 tahun kepengurusan Mailoa-Halawa, dalam Kongres GAMKI VII di Jakarta, masalah ini tetap muncul dalam wujud hadirnya delegasi ganda yang mewakili DPD dan DPC GAMKI. Parahnya, konsolidasi antara lain disebabkan oleh kuatnya pengaruh berbagai kepentingan politik praktis dalam tubuh GAMKI, terutama di berbagai daerah yang secara tradisional dianggap sebagai wilayah kekuatan GAMKI.
Selanjutnya, pilihan fokus kegiatan GAMKI yaitu antara meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan GAMKI ke masa depan atau sekedar menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi agar terlihat aktif (aktivisme), menimbulkan perbedaan sikap antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum yang menjalar ke jajaran kepengurusan DPP GAMKI.
Ketidakharmonisan antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum itu menyebabkan roda organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Selain itu, GAMKI tidak pernah bebas dari rongrongan lemahnya dukungan finansial bagi beroperasinya organisasi. Seharusnya tahun 1997 sudah diadakan kongres ke VII, tapi tertunda berturut-turut ke tahun 1998, 1999, dan seterusnya sampai tahun 2003. Penundaan itu terjadi karena beberapa hal, yaitu, adanya hambatan internal dan kondisi eksternal.
Hambatan internal antara lain adalah tajamnya perbedaan sikap pada aras DPP GAMKI dalam hal menangani perpecahan yang diwariskan dari Kongres V-Kongres VI GAMKI dan perbedaan dalam menetapkan fokus organisasi. Sedangkan kondisi eksternal yang kurang kondusif saat itu adalah retaknya organisasi kepemudaan di mana-mana, krisis hubungan antar umat beragama, krisis politik sehubungan dengan tuntutan mundur bagi Presiden Soeharto dan terjerumusnya Indonesia ke dalam krisis ekonomi.
Pada saat itu, GAMKI tetap berupaya menjawab berbagai tantangan internal dan eksternalnya. Krisis hubungan antar umat beragama yang muncul dalam bentuk pembakaran rumah-rumah ibadah Protestan/Katolik di berbagai tempat (yang terparah adalah di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat), dijawab GAMKI dengan membangun dan terus memperkuat kerjasama lintas agama dengan sejumlah organisasi kepemudaan Islam, Hindu, Buddha dan organisasi kepemudaan bercorak nasionalis untuk menolong masyarakat yang dilanda krisis dimaksud. Kerjasama ini selanjutnya diteruskan sebagai kelompok kepemudaan yang berjuang mengakhiri kepemimpinan rejim Soeharto dengan menuntut Soeharto mundur.
GAMKI turut terlibat dalam demo-demo mahasiswa/pemuda, khususnya di jalan-jalan kota Jakarta hingga ke DPR RI, Senayan, Jakarta; termasuk dialog antara delegasi GAMKI dan pimpinan sejumlah organisasi mahasiswa/pemuda menghadap pimpinan DPR RI menyampaikan sikapnya sehubungan dengan tampilnya B.J. Habibie menggantikan Soeharto yang mundur tiba-tiba.
Pada masa-masa krisis itulah, GAMKI bersama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ikatan Pemuda NU(IPNU), Ikatan Putera Puteri NU (IPPNU), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan organisasi mahasiswa/pemuda Hindu dan Budha, membangun Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI), yang bertujuan menampilkan sebuah front kerjasama antar organisasi pemuda/mahasiswa yang berorientasi kebangsaan meskipun berkarakter agamis, di saat Kelompok Cipayung (terdiri dari GMKI, GMNI, PMKRI, HMI dan PMII) melemah, di saat kelompok agama mengalami politisasi dan di kala Indonesia sementara terseret ke dalam konflik politik bernuansa agama.
Kongres Ke-7 Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia kemudian dilangsungkan di Graha Wisata Pemuda, Kuningan Jakarta pada tanggal 10 April s/d 13 April 2003, yang diprakarsai oleh DPP GAMKI, sejumlah DPD GAMKI beserta para Senior. Pertemuan-pertemuan menjelang dilaksanakannya Kongres akhirnya memutuskan dr. Sukowaluyo Mintorahardjo, menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Kongres VII GAMKI di Jakarta.
Hasil Kongres Ke VII tersebut berakhir dengan terpilihnya Sahat Sinaga, SH. sebagai Ketua Umum dan Nikson Gans Lalu, SH. sebagai Sekretaris Umum.
• Kongres VIII GAMKI Thn. 2007
Seusai melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 di Jakarta pada bulan Juni tahun 2007, maka sesuai dengan masa periodesasi yang ditetapkan dalam Kongres ke-7, maka tepat pada tahun ke-4 masa kepengurusan Sahat-Nixon sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum, dilaksanakanlah Kongres ke-VIII Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) pada tanggal 1-4 November 2007 di Medan – Sumatera Utara.
Dalam Kongres ke-VIII GAMKI tersebut, telah terpilih Sdr. Dating Palembangan, SE.Ak, MM sebagai Ketua Umum dan Sdr. Ir. Albert Siagian sebagai Sekretaris Umum. Kongres tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari DPP, Senior, DPD maupun DPC seluruh tanah air beserta undangan lainnya.
Sebelum Kongres dimulai, peserta Kongres juga melakukan Diskusi dan Dialog dengan berbagai Tokoh Nasional dan Daerah baik dari Legislatif, Yudikatif maupun Eksekutif guna nantinya forum Kongres memberikan pemikiran-pemikiran maupun rekomendasi-rekomendasi bagi Gereja dan Pemerintah. (*)
Kongres IX GAMKI Tahun 2011
Kongres IX GAMKI berlangsung di Wisma Kinasih, Caringin, Sukabumi, Jawa Barat, dengan menghasilkan Michael Watimena sebagai Ketua DPP GAMKI terpilih periode 2011-2014, Wakil Ketua Umum Kenly Poluan, dan kepengurusan lainnya.
DPC GAMKI Manado yang diketuai James Karinda SH MH, masuk dalam tim formatur, sehingga sukses memasukkan beberapa kadernya dalam kepengurusan DPP GAMKI Periode 2011-2014. Di antaranya, Arnold Dimpudus, Edwin Moniaga, Asrid Tatumpe, Giovano Sumakul, Merdy Rumintjab, dan lainnya.
Masuk juga dalam kepengurusan beberapa nama asal Sulut lainnya yakni, Pdt Feibe Lumanauw STh, Juliana Pesikh, dan lainnya. Kongres ini sendiri nyaris deadlock, namun dengan semangat untuk menyukseskan Kongres IX di Wisma Kinasih, semua bisa tuntas.(*)